Page 22 - Belajar & Pembelajaran
P. 22
tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan
keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan
dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri.
Siswa belajar didorong oleh keingintahuan atau kebutuhannya. Sebagai
ilustrasi siswa kelas dua SMP ingin tahu faedah belajar bahasa Inggris. Ia
mencari keterangan dari teman kelas tiga SMP, kenalan siswa SMA, bapak dan
ibu guru SMP dan SMA, pegawai perpustakaan sekolah, pengawas
perpustakaan di kotanya, dan pegawai-pegawai perusahaan. Dari informasi
yang diperoleh, siswa tersebut akhirnya mengetahui betapa pentingnya
bahasa Inggris. Penguasaan bahasa Inggris akan mempermudah untuk belajar
lebih lanjut dan mencari pekerjaan. Berkat pengetahuan tersebut siswa merasa
memiliki kebutuhan belajar bahasa Inggris. Oleh karena itu, siswa tersebut
memiliki tujuan belajar bahasa Inggris secara jelas. Ia belajar dengan penuh
semangat, agar tujuan untuk belajar lanjut atau untuk mencari pekerjaan di
kemudian hari dapat tercapai. Peristiwa ini menunjukkan bahwa tujuan belajar,
untuk memenuhi kebutuhan di kemudian hari, sangat penting artinya bagi
siswa.
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain
instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran
belajar siswa. Rumusan tersebut disesuaikan dengan perilaku yang hendaknya
dapat dilakukan siswa. Sebagai ilustrasi, misalnya guru merumuskan sasaran
belajar sebagai "siswa dapat menyebutkan ciri khas suatu prosa dan puisi."
Sasaran belajar tersebut berfaedah bagi guru untuk membelajarkan siswa.
Dalam hal ini, ada kesejajaran pada sasaran belajar (rumusan guru, dan
diinformasikan kepada siswa) dengan tujuan belajar siswa.
Dari segi guru, guru memberikan informasi tentang sasaran belajar. Bagi
siswa, sasaran belajar tersebut merupakan tujuan belajarnya "sementara".
Dengan belajar, maka kemampuan siswa meningkat. Meningkatnya
kemampuan mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar yang baru. Bila
semua siswa menerima sasaran belajar dari guru, maka makin lama siswa
membuat tujuan belajar sendiri. Dengan demikian, makin lama siswa akan
dapat membuat program belajarnya sendiri.
Dari kegiatan interaksi mengajar-belajar, guru membelajarkan siswa
dengan harapan bahwa siswa belajar. Timbul pertanyaan "kapan siswa boleh
memiliki tujuan belajar sendiri?" Dari Bagan 1.4 dapat diketahui bahwa dengan
belajar, maka kemampuan siswa meningkat. Ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa semakin berfungsi. Sebagai ilustrasi, pada ranah kognitif
siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan,
melakukan analisis, sintesis, dan mengevaluasi. Pada ranah afektif, siswa dapat
melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi, dan
Hakikat Belajar dan Pembelajaran | 15