Page 17 - Belajar & Pembelajaran
P. 17
a) Pertanyaan lanjut yang memancing berpikir seperti "bagaimana jika"?
b) Memperbandingkan materi apakah yang cocok untuk menimbulkan
pertanyaan spontan?
4) Langkah empat: Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan
keberhasilan, dan melakukan revisi. Bimbingan pertanyaan seperti:
a) Segi kegiatan apakah yang menghasilkan minat dan keterlibatan siswa
yang besar?
b) Segi kegiatan manakah yang tak menarik, dan apakah alternatifnya?
c) Apakah aktivitas itu memberi peluang untuk mengembangkan siasat
baru untuk penelitian atau meningkatkan siasat yang sudah dipelajari?
d) Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih
lanjut?
Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru
memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, eksperimentasi, dan eksplanasi
(Bell Bredler, 1991: 301-357; Davidoff, 1988: 371-383; Dahar, 1988: 179-201;
Winkel, 1991: 38-39; Woolfolk & McCune - Nicolich, 1984: 46-47).
d. Belajar Menurut Rogers
Rogers menyayangkan praktik pendidikan di sekolah tahun 1960-an.
Menurut pendapatnya, praktik pendidikan menitikberatkan pada segi
pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktik tersebut ditandai oleh
peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan. Prinsip pendidikan dan pembelajaran tersebut sebagai berikut:
1) Menjadi manusia berani memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
3) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja
sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
5) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses belajar.
6) Belajar mengalami (experiential learning) dapat terjadi, bila siswa
mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang
untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa
evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
10 | Belajar dan Pembelajaran