Page 85 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 85

batik burung enggang biasa digunakan pada acara adat dan acara
            formal. Meskipun tidak ada batasan untuk pengguna batik
            burung  enggang, namun batik burung  enggang sangat jarang
            digunakan oleh masyarakat dengan status ekonomi menengah
            kebawah jarang sekali menggunakan batik burung enggang, batik
            burung  enggang biasa digunakan para pejabat dan masyarakat
            dalam kategori status sosial sedang dan menengah ke atas.

                Burung ini hidup sampai hari ini dilindungi oleh masyarakat
            adat, masyarakat setempat dan juga oleh pemerintah, seperti topi
            yang digunakan oleh bapak Guntur  Talajan, paruh dan bulu
            burung menjadi hiasan kepala, biasanya digunakan oleh pemimpin
            dan dukun dan damang adat. Suku Dayak menempatkan enggang
            sebagai burung yang dikeramatkan. Masyarakat menganggap
            burung  enggang sebagai penjelmaan dari  panglima burung di
            hutan  pedalaman  Kalimantan.  Panglima burung  adalah sosok
            berwujud gaib. Hanya akan hadir saat perang terjadi. Burung ini
            dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi
            dikonsumsi. Apabila ada burung enggang yang ditemukan mati,
            bagian tubuhnya akan dijadikan hiasan kepla, kalung dan gelang.
            Makna sosial dan makna kearifan lokalnya adalah bahwa bulu
            burung enggang ini sangat indah, sangat elok dan memiliki nilai
            religi. Jadi Basir kita, tokoh adat kita, tokoh agama kita, acara-
            acara adat dan budaya mereka menggunakan simbol-simbol bulu
            burung enggang ini.
                Pertama merasa bahwa sebagai masyarakat Dayak dan burung
            ini adalah burung yang sejak zaman nenek moyang dulu ada yang
            ada dan burung ini tadi saya katakan memiliki nilai kehidupan
            religi lebih khusus untuk orang Dayak sama dengan burung elang
            mirip-mirip dengan burung elang. Sekarang ekonomi kreatif nya
            nilai-nilai kearifan lokal Dayak Kalteng bisa dibuat untuk topi.
            Kalau dulu di slip di topi dan di rambut, sekarang dibuat menjadi
            topi lawung yang digunakan untuk acara adat tarian dan budaya.




            72 |  Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90