Page 49 - Iklim Komunikasi Organisasi
P. 49

(2001, h.3) adalah faktor idependensi, solidaritas, keanekaragaman
                           (opini dan akses), objektivitas dan kualitas informasi.
                                 Mengapa demikian, sebab secara filosofis, urgensi kehadiran
                           media penyiaran publik berangkat dari kehidupan publik yang dilihat
                           dari  posisi  sebagai  warga  masyarakat  hanya  dalam  dua  ranah,
                           yaitu  dalam  lingkup  kekuasaan  dan  lingkup  pasar.  Padahal,
                           masyarakat memiliki ruang tersendiri unutk berapresiasi, berkarya,
                           berpendapat,  dan  bersikap  terhadap  realitas  yang  ada  di
                           sekelilingnya.  Oleh  karena  itu,  munculnya  pandangan  dikotomis
                           yang  mengabaikan  peran  dan  posisi  warga  negara  dalam  kontek
                           hubungan  sosial  dan  bernegara  telah  mengabaikan  adanya
                           kenyataan  tentang  ranah  publik  yang  diharapkan  dapat  menjadi
                           zona  bebas  dan  netral  yang  di  dalamnya  berlangsung  dinamika
                           kehidupan  yang  bersih  dari  kekuasaan  dan  pasar.  Habermas
                           menyebut ranah ini sebagai ranah publik (public sphere).
                                 Oleh  karena  itu,  untuk  menjelaskan  hal  tersebut,  menurut
                           Habermas  (dalam  Barret,  1995,  h,  239-240),  yang  menyebut
                           tentang awal dibentuknya media. Menurutnya, pada awalnya media
                           dibentuk  dan  menjadi  bagian  integral  dari  public  sphere  tetapi
                           kemudian  dikomersilkan  menjadi  komoditi  (commodified)  melalui
                           distribusi  secara  massal  dan  menjual  khalayak  massa  ke
                           perusahaan periklanan, sehingga media menjauh dari peran public
                           sphere.  Kondisi  tersebut  yang  menyebabkan  kenapa  Habermas
                           berpendapat  media  komersial  jauh  dari  nilai-nilai  public  sphere.
                           Nah,  dalam  konteks  ini  penyiaran  publik  menjadi  alternatif  yang
                           secara implisit mengandung ajaran public sphere.
                                 Pada  saat  yang  sama,  Ashadi  (2001,  h.3)  mengatakan
                           bahwa  civil  society  dapat  diwujudkan  antara  lain  dimulai  dari
                           paradigma  yang  menggerakkan  dinamika  kehidupan  publik  yang
                           berbasis nilai kultural. Nilai kultural ini merupakan pemaknaan atas
                           setiap  kegiatan  dalam  ranah  publik.  Ini  dapat  dilihat  melalui
                           dominasi dan monopoli yang dilakukan oleh pihak kekuasaan dan
                           pasar  harus  dijauhkan  dari  kehidupan  publik,  dan  secara  positif



                           42                                      Iklim Komunikasi Organisasi
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54