Page 182 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 182

Kebiasaan yang sudah berlangsung lama tersebut menjadi norma yang
                   sangat dipatuhi oleh semua warga Kauman. Orang tua melarang keras anaknya
                   bermain saat berlangsungnya waktu mengaji, jika ada yang melanggar akan
                   mendapatkan hukuman. Kehidupan anak Kauman yang selalu berdasar pada
                   nilai-nilai agama, menjadikan wilayah tersebut berhasil melahirkan ulama.

                       Masyarakat Kauman sering menikahkan anaknya dengan warga yang
                   tinggal di wilayah tersebut. Tradisi pernikahan tersebut melahirkan sistem
                   kekerabatan unik, karena masyarakat Kauman menjadi saling terikat oleh
                   pertalian keluarga. Masyarakat merasa dirinya sebagai satu kerabat besar
                   yang dihubungkan oleh pertalian darah atau pertalian pernikahan. Sistem
                   kekerabatan yang demikian ini menjadikan masyarakat luar menilai Kauman
                   sebagai wilayah  yang tertutup dan menutup diri dari pengaruh masyarakat
                   lain.
                       Masyarakat Kauman umumnya memiliki jiwa bebas, demokratis, dan
                   tidak menyukai  adat istiadat yang feodal (Kutoyo, 1983 : 31). Kebebasan
                   jiwa diwujudkan dengan banyaknya penduduk di Kauman yang berprofesi
                   sebagai pedagang. Mereka biasa merantau ke daerah-daerah yang cukup jauh
                   selama beberapa hari untuk menawarkan dagangan batiknya.
                       Profesi sebagai pengrajin batik dan pedagang di Kauman muncul karena
                   penghasilan sebagai abdi dalem kesultanan masih kurang untuk memenuhi
                   kebutuhan hidup. Usaha sendiri yang dirintis oleh keluarga abdi dalem
                   mendatangkan untung yang cukup berlimpah, sehingga secara ekonomi
                   mereka mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Rumah-rumah
                   indah yang cukup mewah untuk ukuran masa itu berderet sepanjang jalan
                   di Kauman, sehingga Kauman dianggap sebagai tempat tinggal masyarakat
                   yang sudah mapan secara ekonomi.
                       Anak-anak muda Kauman juga menggemari olahraga, khususnya sepak
                   bola dan pencak silat. Halaman Masjid Gede Kauman yang cukup luas menjadi
                   tempat melakukan olahraga, setiap sore anak-anak muda berkumpul di situ
                   berlatih sepak bola dan pencak silat. Latihan yang intensif ini menghasilkan
                   anak-anak muda yang mahir bermain pencak silat.

               [180]    K.H. Ahmad Dahlan
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187