Page 184 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 184
Kelahiran Muhammad Darwis disambut suka cita oleh keluarga Kyai
Haji Abu Bakar, karena tiga anak sebelumnya perempuan. Muhammad
Darwis disayangi oleh semua anggota keluarga, semua kebutuhannya selalu
terpenuhi. Perhatian penuh dari keluarga tidak membuat Muhammad Darwis
menjadi anak manja, justru ia menjadi anak yang patuh dan rukun dengan
saudara kandungnya.
Muhammad Darwis kecil sudah terlihat sebagai anak yang cerdas
dan kreatif (Hariri, 2010: 13-14), ia mampu mempelajari dan memahami
kitab yang diajarkan di pesantren secara mandiri. Muhammad Darwis bisa
menjelaskan materi yang dipelajarinya dengan rinci, sehingga orang yang
mendengar penjelasannya mudah untuk mengerti dan memahaminya.
Muhammad Darwis juga dikenal sebagai anak kreatif dan trampil yang
mampu membuat kerajinan tangan dengan rapi dan baik. Layang-layang dan
gangsing menjadi permainan yang paling disukainya, karena itu Muhammad
Darwis membuat sendiri alat permainan tersebut untuk dimainkan bersama
dengan teman-temannya. Muhammad Darwis menjadi anak yang disukai
oleh temannya, sehingga kehadirannya selalu dinanti.
Muhammad Darwis dididik secara langsung oleh orang tuanya dalam
lingkungan keluarga. Pengetahuan dasar tentang agama dan membaca
kitab suci Al Qur’an menjadi materi pelajaran yang pertama kali dipelajari.
Kyai Haji Abu Bakar menguji secara langsung pemahaman materi yang
diajarkannya, jika dinilai sudah mampu dilanjutkan pada materi pelajaran
berikutnya.
Sistem pendidikan di bawah asuhan dan pengawasan orang tua yang
dilandasi rasa kasih sayang dan sikap ikhlas, mampu menjadikan Muhammad
Darwis sebagai pribadi yang mampu memahami tehnik membaca dan menulis
al Qur’an. Terbukti dalam usia 8 tahun Muhammad Darwis sudah mampu
membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Muhammad Darwis
juga menuntut ilmu-ilmu agama pada ulama lain, sehingga pengetahuannya
terus bertambah dan semakin luas.
[182] K.H. Ahmad Dahlan