Page 189 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 189
Haji Ahmad Dahlan akan mendirikan Muhammadiyah untuk menampung
masyarakat bumi putera sedang Ali Soorkati mendirikan Al-Irsyad untuk
mewadahi masyarakat Arab ( Mulkhan, 2010: 187).
Pada 1906 Kyai Haji Ahmad Dahlan kembali ke Yogyakarta disertai
dengan tekad dan keyakinan untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran
pembaharuan di tanah air. Pendidikan dianggap sebagai tempat yang tepat
untuk mengembangkan gagasanya, karena itu ia memilih menjadi pengajar
untuk masyarakat di Kauman. Kyai Haji Ahmad Dahlan juga menjadi
pengajar untuk sekolah Kweekschool di Yogyakarta dan OSVIA (Opleiding
School voor Inlandsche Ambtenaren) sebuah sekolah untuk pegawai bumi
putera di Magelang. Pada saat yang bersamaan sultan juga mengangkatnya
menjadi abdi dalem dengan jabatan khatib tetap di Masjid Gede Kauman.
D. Kyai Haji Ahmad Dahlan Dan Keluarga
Pada 1889 Kyai Haji Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah yang
pada saat itu berusia tujuh belas tahun. Siti Walidah yang nantinya lebih
dikenal dengan nama Nyai Haji Ahmad Dahlan adalah putri Kyai Fadhil
Kamaludiningrat, penghulu di Kraton Yogyakarta. Siti Walidah tidak pernah
mengikuti pendidikan formal, tetapi pengetahuannya cukup luas karena
dikaruniai pikiran yang cerdas.
Alasan utama Kyai Haji Ahmad Dahlan memilih untuk menikah dengan
Siti Walidah karena kecerdasannya serta kesediaannya dalam mendampingi
perjuangan dakwah. Siti Walidah mendukung semua aktivitas dakwah Kyai
Haji Ahmad Dahlan. Untuk itu rumahnya dijadikan sebagai tempat aktivitas
gerakan pembaharuan agama yang dilaksanakan oleh suaminya. Pernikahan
kedua pasangan ini dikaruniai enam orang anak, yaitu :
1. Johanah lahir pada tahun 1890.
2. Siradj Dahlan lahir pada tahun1889.
3. Siti Busjro lahir pada tahun 1903.
K.H. Ahmad Dahlan [187]