Page 185 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 185

Setelah dinilai menguasai pengetahuan agama yang cukup, Kyai Haji
              Abu Bakar memerintahkan Muhammad Darwis pergi ke Mekkah untuk
              menunaikan ibadah haji dan memperdalam pengetahuan agama. Berkat
              bantuan biaya dari kakak iparnya yang bernama Kyai Haji Soleh, Muhammad
              Darwis berangkat ke Mekkah pada 1883.
                 Malam hari menjelang keberangkatannya, masyarakat berkumpul di
              rumah  Kyai Haji Abu Bakar untuk mendoakan keselamatan Muhammad
              Darwis selama menunaikan ibadah haji. Pagi harinya Muhammad Darwis
              diiring oleh masyarakat berjalan menuju stasiun Tugu untuk naik kereta api
              tujuan Semarang. Kedatangan  Muhammad Darwis di Semarang disambut
              oleh kerabat lainnya yang sudah menyiapkan pondokan untuk istirahat
              selama menunggu keberangkatan dengan kapal.

                 Perjalanan dilanjutkan dengan menumpang kapal dagang Tiongkok
              dari pelabuhan Semarang menuju Singapura. Dua hari setelah pelayaran
              kapal sampai ditempat tujuan. Kedatangan Muhammad Darwis disambut
              oleh Syekh Abdul Kahar, yang kemudian mengajaknya untuk menginap di
              pondokan Kampung Jawa selama lima hari (Nugraha, 2009: 21).
                 Muhammad Darwis melanjutkan perjalanan menuju Mekkah dengan
              menumpang kapal Mispil yang berangkat menuju Eropa melalui Aden
              dan Jedah. Setelah melalui Laut Merah kapal sampai di pelabuhan Jedah,
              kedatangan calon jemaah haji disambut oleh wakil pemerintah Arab Saudi
              kemudian diserahkan kepada perwakilan masing-masing negara. Pada
              masa itu setiap kota di nusantara memiliki syekh di Mekkah yang berugas
              membimbing para calon jemaah haji.
                 Selesai menunaikan semua rukun dalam ibadah haji, Muhammad Darwis
              tetap tinggal di Mekkah untuk  mendalami pengetahuan agama. Selama lima
              tahun Muhammad Darwis belajar mendalami berbagai ilmu  agama seperti
              qiraa  tafsir  ta  fi  tasa    fala  bahasa  ara  da    ya
              lainnya. Koleksi kitab-kitabnya terus bertambah, hampir semua kitab wajib
              yang dipakai dipesantren dimilikinya.

                 Muhammad Darwis selalu membeli kitab-kitab baru untuk dipelajari dan


                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [183]
   180   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190