Page 94 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 94
Kini sudah waktunya, dakwah kecakapan hidup menempatkan pengelola
AUM sebagai inti gerakan. Adapun sasaran dakwahnya ialah stakeholder
yang terdiri dari murid dan mahasiswa beserta keluarga besarnya, pasien
beserta keluarga besarnya, anak asuh panti beserta keluarga besarnya.
Bekerjasama dengan Hizbul Wathan, pengelola AUM bisa
menyelenggarakan pelatihan dakwah kecakapan hidup dengan target murid,
mahasiswa, mantan pasien dan keluarga besarnya memiliki kecakapan
praktis memenuhi hajat hidup standar (mengolah sumber daya alam sehingga
bernilai ekonomi; mengelola cara hidup sehari-hari berdasar syariat (solat
berjamah, merawat jenazah, dlsb). Karena itu, tujuan dan target utama
dakwah kecakapan hidup ialah bagaimana melakukan kegiatan sosial
sehingga sasaran dakwah bisa hidup mandiri.
G2. Memperluas Tradisi Sosio-Ritual
Setelah seratus tahun berdiri, 1912, kini praktik keagamaan Islam Nusantara
ini bisa disebut sebagai kepanjangan (eksemplar) apa yang dulu dipelopori
gerakan Muhammadiyah. Kiai Ahmad Dahlan-lah yang di masa lalu
mempelopori berbagai tradisi sosio-ritual Islam negeri ini. Suatu kegiatan,
yang bisa disebut sosio-ritual (kegiatan sosial bernilai ibadah) yang tidak
ditemukan padanannya di belahan dunia lain, di negeri-negeri muslim
sekalipun.
Tradisi sosio-ritual ialah suatu kegiatan sosial yang dimaknai atau
dipahami sebagai salah satu bentuk dari pengabdian ibadah kepada Allah.
Kegiatan sosio-ritual itu ialah kegiatan seperti pembinaan kesehatan,
pendidika santuna sosia da kedermawana sosia (fila Seja
kegiatan sosial yang diniatkan sebagai ibadah ditempatkan sebagai bagian
dari kegiatan ibadah itu sendiri, sehingga partisipasi publik lebih didasari
oleh niat ikhlas bukan karena kepentingan.
Muhammadiyah mempelopori partisipasi publik dalam membangun
[92] K.H. Ahmad Dahlan