Page 266 - Gemilang Peradaban Islam
P. 266
keterpautan seseorang pada kekuatan yang
menciptakan, mengatur dan menghendaki segala
perbuatannya, yaitu Allah Swt. Ada pun gerakan
lahiriah tidaklah menanggalkan tawakal dalam hati
manakala si hamba telah yakin takdir datang dari Allah
Swt. didalamnya, dan jika sesuatu dimudahkan
kepadanya, ia melihat kemudahan dari Allah Swt.
Keadaan tawakal itu mengabdikan jasad untuk
beribadah, mengaitkan hati kepada Allah, dan bersikap
tenang dalam mencari kebutuhan. Jika diberi
bersyukur, jika tidak ia tetap bersabar. Ini pula berarti
tawakal kepada Allah adalah meninggalkan daya upaya,
sebab si hamba hanya bertawakal kepada-Nya jika ia
mengetahui Allah Swt. Maha Tahu dan Maha Melihat
akan keada-annya. Ia membatasi kepedulian mencari
rezeki sehari saja secara bersabar, dan tidak berharap
sesuatu apa pun untuk esok hari.
7. Ridha
Setelah berhasil dengan tahap itu maka sampailah
seorang sufi pada tahap terakhir yaitu keridhaan. Ini
berarti kondisi seseorang terhadap Allah yang sama
sekali tidak menentang takdirnya. Ridha bukanlah
bahwa seseorang tidak mengalami cobaan, ridha
hanyalah bahwa seseorang tidaklah merasa keberatan
terhadap hukum dan qodha Allah Swt. Dan ridha pula
adalah sebuah kewajiban yang Allah perintahkan
kepada hamba-hambanya. Sebab ridha adalah sesuatu
yang memasuki hati seorang hamba yang kemudian
menjadi kondisi ruhani. Keridhaan adalah gerbang
Allah yang paling terbesar. Artinya dalam kondisi
seseorang yang ada pada keridhoan pula adalah ia rela
terhadap Allah sebagai pengatur. Dan ridha
Gemilang Peradaban Islam | 257

