Page 215 - Catatan Peradaban Islam
P. 215

mereka  yang  mampu  memimpin  pemerintahan  pada
            kekuasaannya.
                  Namun  budi  baiknya  yang  ia  tunjukkan  terhadap
            dinasti  Umayah  ini  tidak  semuanya  disetijui  oleh  para
            pemimpin  Daulah  abasiyah  saat  itu.  Orang-orang  di
            sekitarnya  yang  pernah  menaruh  dendam  pada  daulah
            Umayah  tersebut  mencoba  menghembuskan  bahaya  laten
            mereka dari keluarga Umayah. Ia pun terpengaruh dengan
            isu  yang  menyatakan  bahwa  daulah  Umayah  mencoba
            mengadakan usaha pemberontakan untuk kembal merebut
            kekuasaan dar tangannya. Dan kemudian ia pun menangkap
            Sulaiman,  yang  pada  saat  itu  memang  salah  seorang  daru
            bangsa-wan Umayah yang ia bebaskan, lantas menghukum
            mati dirinya.
                 Karena  pengaruh  dari  para  keluarganya  pula  Abbas
            selanjutnaya  melaku-kan  pengejaran  dan  pembasmian
            terhadap sisa-sisa keluarga Umayah yang masih hidup ketika
            itu.  Maka  dengan  perintahnya  yang  terkenal  itulah  ia
            memaklumatkan  kepada  segenap  pemerintah  daulahnya
            agar membunuh setiap keturunan, pengikut, dan bangsawan
            yang  pernah  mendukung  kekuatan  Umayah.  Pembantaian
            terjadi di mana-mana. Hingga pada saat itu memang dinasti
            Umayah benar-benar menemui kehancuran yang luar biasa.
            Tak ada temapat lagi yang mampu menyelamatkan mereka.
            Abdullah  bin  Ali  misalnya,  ia  adalah  pamannya  dan  juga
            sebagai  gubernur  Suriah  dan  Palestina,  membantai  secara
            masal dan sadis keluarga elite Umayah, dengan sebelumnya
            memancing  korban-korban  tersebut  untuk  menghadiri
            suatu pesta kerajaan, tetapi berakhir dengan pembunuhan
            yang sangat kejam. Mereka dibunuh di suatu istana megah
            peninggalan Kaisar Romawi di Damaskus.



            208 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   210   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220