Page 218 - Catatan Peradaban Islam
P. 218
adalah seorang raja yang gagah, tegas, biijaksana, alim,
berpikiran cerdas, pemerintahannya rapih, amat disegani
dan baik budi pekerti. Ia mendapatkan nama Al-Masyur
karena ia senantiasa menang dalam peperangan, baik dalam
memadamkan kerusuhan kaum pemberontak di dalam
wilayah kerajaan maupun dalam menahan dari serangan
Imperium Binzatium, maka ia digelari Al-Masyur, yang
artinya “Orang yang mendapat pertolongan Allah”. Dan pula
ia telah memantapkan dan menguhkan Abasiyah, menyusun
peraturan-peraturan, membuat Undang-undang dan
memutuskan berbagai perkara dengan baik.
Kekhalifahannya semasa dengan kaisar Constantine V di
Bizantium, kaisar Hsuan Tsung dari dinasti Tang di
Tiongkok, dan raja Nagabhata I pembangun Dinasti gujara-
Pratih Arabhata di anak benua India.
Baiat kepadanya berlangsung di ibu kota Hasyimiyah
serta di wilayah Iraq dan Iran. Di khurasan baiat di bawah
pengawasan Abu Muslim Al-Khurasani yang menjabat Al-
Wali (raja muda atau gubernur) di sana. Atas pengaruh dua
orang pamannya yang kurang setuju terhadap
pengangkatannya sebagai khalifah, yaitu Abdullah bin Ali
dan Salih bin Ali, masing-masing menjabat Al-Wali di daerah
Palestiana dan Suriah, serta di daerah Mesir, Afrika utara dan
barat jauh sampai Siberia (Andalusia), maka wilayah
Palestina, Suriah dan Mesir tidak berbaiat kepadanya dan
bahkan menyusun kekuatan besar untuk melawannya.
Panglima besar Abu Muslim Al-Khurasani yang ia tugaskan
untuk mematahkan perlawanan tersebut berhasil
menumpas kaum pemberontak, tetapi Abdullah bin Ali dapat
meloloskan diri. Ia menyerahkan diri setelah khalifah
menjamin keselamatannya. Ternyata ia ditahan dan dibunuh
setelah ditahan selama sembilan tahun (755).
Catatan Peradaban Islam | 211