Page 223 - Catatan Peradaban Islam
P. 223

sebagai zaman yang makmur dan hidup dalam kedamaian,
            yang menunjukkan kematangan pemikiran dan kemajuan di
            bidang pemerintahan dan politik.

                 Oleh  karena  kebaikan  Al-Mahdi  maka  dukungan  dari
            rakyat  datang  kepadanya.  Maka  ia  semakin  terus
            memperhatikan  kondisi  rakyat  dengan  membangun
            fasilitas-fasilitas  untuk  mereka.  Ia  mengembalikan  harta
            yang  pernah  dirampas  oleh  ayahnya,  Al-Mansur  kepada
            pemiliknya. Tanah-tanah yang pernah diambil dikembalikan
            kepada  yang  berhak  menerimanya.  Ia  pula  membangun
            sebuah  tempat  persinggahan  yang  sangat  besar  menuju
            Mekah untuk para jamaah haji yang datang kesana. Kebaikan
            lainnya  adalah  dengan  usahanya  menghapuskan  pajak
            terhadap rakyatnya.
            E.  Harun  Ar-Rasyid  (Rayy,  Muharram  149/Februari
                766  atau  Dzulhijjah  145/  Maret  763-  Khurasan,  3
                Jumadil akhir 193/24 Maret 809)
                 Khalifah  kelima  Dinasti  Abbasiyyah  yang  terkemuka
            terkenal dermawan dan juga penyair. Ia memerintah selama
            dua puluh tiga tahun (786-809 M.) dan membuat dinasti ini
            mencapai  kemajuan  dan  kejayaan  di  bidang  ekonomi,
            perdagangan,  wilayah  kekuasaan  dan  politik,  ilmu
            pengetahuan, dan peradaban Islam.
                 Ia  menjadi  figur  yang  legendaris  karena  cerita-cerita
            tentang dirinya dalam kitab Alf Lailah wa Lailah (Seribu Satu
            Malam). Ayahnya adalah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur
            (memerintah  159-169  H/775-785  M),  khalifah  ketiga.
            Ibunya  bernama  Khaezuran,  seorang  wanita  sahaya  dari
            Yaman yang dimerdekakan dan dinikahi oleh Al-Mahdi pada
            tahun  159  H/775  M.  Ia  amat  berpengaruh  dan  berperan
            dalam pemerintahan suaminya dan putranya.

            216 | Asep Solikin dan M. Fatchurahman
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228