Page 18 - Burnout Konselor
P. 18
lainnya, pendidik konselor dapat mengalami kelelahan (burnout)
karena sifat dan harapan dari pendidikan profesi guru dan
tuntutan profesi konseling (Hill, 2009).
Konselor sering mengalami stres tingkat tinggi yang
mungkin diakibatkan oleh tanggung jawab pekerjaan ganda,
ambiguitas peran, beban kasus yang ditangani dalam layanan
konseling tinggi, sumber daya terbatas untuk mengatasi dan
keterbatasan supervisi klinis (McCarthy et al., 2010). Bahwa
21% hingga 48% pekerja kesehatan mental dilaporkan
mengalami tingkat kelelahan emosional yang tinggi. Konselor
sekolah secara khusus berisiko mengalami perasaan kelelahan
karena banyak tuntutan pekerjaan mereka, termasuk dokumen,
konferensi orang tua, pengujian di seluruh sekolah, beban kasus
yang besar, dan permintaan dari administrator (Oddie & Ousley,
2007).
Kelelahan dapat terjadi akibat pengalaman stres yang
berkelanjutan dan dapat mengakibatkan berkurangnya atau lebih
rendah kualitas layanan yang diberikan. Studi belum fokus pada
hubungan antara burnout dan pemberian layanan konselor
sekolah. Namun, burnout memiliki potensi untuk menghasilkan
konsekuensi negatif untuk pekerjaan yang diberikan oleh
konselor sekolah dan dapat mengakibatkan layanan yang lebih
sedikit.
Kesimpulan
Kerangka kerja bimbingan dan konseling komprehensif
berbasis data program konseling, yang menggabungkan
kebutuhan akademik, karir, dan sosial/emosional siswa dalam
upaya memajukan kesejahteraan semua siswa dan meningkatkan
prestasi akademik. Konselor sekolah diharapkan dapat
membentuk dan mengembangkan identitas profesional yang
Burnout Konselor - 11