Page 43 - Burnout Konselor
P. 43
berhubungan dengan produktivitas yang lebih rendah, niat
berpindah, dan menurunkan tingkat komitmen kerja (Christina
Maslach et al., 2001).
Burnout konselor mungkin paling baik dipahami sebagai
sindrom perilaku tipikal penyedia layanan yang terlalu banyak
bekerja dan tertekan. Itu terjadi ketika konselor telah benar-
benar memberikan semua yang mereka miliki untuk diberikan
secara emosional. Burnout disertai oleh sejumlah penyakit
psikogenik yang dapat menyebabkan penyakit serius dan bahkan
masalah yang mengancam jiwa.
Konselor sekolah mungkin mengalami kelelahan kronis,
depersonalisasi, atau perasaan putus asa dan meninggalkan
pekerjaan mereka karena kekakuan sistem sekolah dan
dukungan yang terbatas (Young & Lambie, 2007). Faktanya,
konselor yang mengalami perasaan kelelahan memberikan
kualitas layanan berkurang kepada konseli mereka karena
kelelahan berhubungan dengan produktivitas yang lebih rendah,
niat berpindah, dan menurunkan tingkat komitmen kerja.
Konselor sekolah melaporkan stres dan ketidakpuasan kerja
ketika mereka diminta untuk menyelesaikan tugas non-
konseling, menghalangi kemampuan mereka untuk bekerja
dengan konseli mereka.
Chuiko (Bezliudnyi et al., 2019) profesi apa pun dapat
menyebabkan stres dan terkadang individu tersebut mungkin
kehilangan inspirasi atau menjadi kecewa dengan pekerjaan
mereka. Oleh karena itu, banyak studi psikologis dan medis
difokuskan pada masalah sindrom burnout. Katkova (Bezliudnyi
et al., 2019)Sindrom burnout adalah reaksi stres terhadap stres
profesional jangka panjang. Konsep ini mencirikan keadaan
mental orang sehat, yang kegiatan profesionalnya melibatkan
komunikasi intensif ketika memberikan bantuan profesional
dalam lingkungan yang sibuk dan intens secara emosional.
36 - Burnout Konselor