Page 116 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 116
Kuasa akan keselamatan keluarganya terutama Hanyi putranya.
Beberapa saat, Nyai Balau bersemedi. Ketika membuka matanya,
langsung melihat dua pengawalnya duduk terikat dipohon
didekatnya. ”Apa yang terjadi, Danum?” Kemudian, Danum
bercerita, mulai mereka pergi ke sungai dan akhirnya diintai,
dibuntuti sekawanan perampok, dan sampai mereka merampas
perbekalan. Danum juga bercerita jika sekawanan perompok
tersebut hampir mencelakai Nyai Balau. Setiap seorang diantara
mereka mendekati Nyai Balau namun selalu gagal menjamah apalagi
melukai tubuh Nyai Balau.
“Orang pertama kejatuhan batang kering pohon itu, orang
kedua terluka terkena duri tajam dekat mereka duduk, orang
ketiga kesakitan seperti terkena sibakan selendang Nyai, yang
tersibak angin,” cerita Danum.
“Baiklah, ayo kita lanjutkan perjalanan mencari putraku!”
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan.
Sesampai mereka di perbatasan kampung kedua yang telah
dilewatinya, mereka dihadang Antang dan beberapa pengawalnya.
“Ha ha ha Nyai, kau tidak akan bahagia karena tidak menikah
denganku!” kata Antang sambil menyeringai menghina Nyai
Balau.
“Bukankah, anakmu hilang?” hidupmu memperhatikan rakyat,
kapan bahagianya kamu, Nyai!
” Tinggalkan saja keluargamu dan menikah denganku.”
“Pengecut sekali kau Antang, bisanya hanya membual,
menakuti, menghadang wanita”, kata Nyai Balau dengan
tenang.
“Bersyukur saya tidak menjadi istrimu. ternyata sifatmu lebih
buruk dari yang kuduga dan dengar selama ini.”
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 105