Page 113 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 113
“Ada panah melesat putraku.” sambil berdiri dan terus
mengawasi pohon Blangiran yang terlihat kokoh dan kuat itu
Nyai Balau menjawab pertanyaan putranya.
“Ada sesorang bersembunyi di balik pohon itu” .
Saat Nyai Balau menghampiri pohon itu. Seseorang mencoba
keluar dari persembunyiannnya dan berlari. Tetapi, dengan gesit
Nya Balau mengejar dan berhasil menangkapnya.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” Nyaris panah itu, melukai
putraku.
“Sa, saya disuruh, Nyai” “Disuruh? Melukai kami?”
“Baiklah jika engkau belum menjelaskan yang sebenarnya. Bisa
saja nanti kau jelaskan di balai kampung”.
“Jangan, saya mohon jangan, Nyai”. Pemuda kurus itu
kemudian menceritakan yang sebenarnya. Terlihat menyesal
dan sambil sesekali mengusap airmata.
“Maafkan saya Nyai, saya menyesal”.
“Berjanjilah jangan lakukan lagi.”Jika engkau perlu makanan, kan
bisa mencari ikan di sungai, atau petik buah sayuran dan
ditukarkan dengan makanan lain.
“Bekerja yang baik tidak dengan menerima upah untuk
melakukan perbuatan jahat.” Nyai Balau memaafkan pemuda
itu dan menyuruhnya ikut ke rumah untuk membersihkan
lingkungan rumah orang tuanya.
Setelah kejadian itu, Nyai Balau lebih berhati-hati dan waspada
jika bepergian apalagi dengan putranya. Nyai Balau yakin tidak
semua orang menyukai dirinya dan keluarganya. Ada seseorang yang
tidak senang melihat kebahagiaan orang lain. Begitu juga seseorang
bisa menaruh dendam kesumat atas kekecewaan ketidak sesuaian
102 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah