Page 115 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 115
sangat cemas akan kesehatan dan keselamatan putranya. Mereka
memohon, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang
menganugerahi segala nikmat. Tuhan yang maha penyayang akan
hambanya yang selalu yakin dan berdoa. Karena kelelahan, Nyai
Balau tertidur jelang senja. Dia bermimpi, dalam mimpinya didatangi
nenek leluhurnya. Beliau membisikan jika anaknya dalam bahaya.
Akan tetapi, nenek itu juga membisikan jika ada ketulusan, akan
terselamatkan putranya itu.
“Memohonlah petunjuk dan perlindungan pada Tuhan cucuku.”
Sesaat kemudian nenek itu menghilang dan Nyai Balau terjaga
dari tidurnya.
Esok harinya Nyai Balau dan Suaminya, memberikan
pengumuman, barang siapa yang bisa menemukan putranya jika dia
pemuda dia akan diangkat menjadi saudara untuk putranya. Nyai
Balau menunggu dan terus menunggu dengan perasaan gelisah,
bagaimana tidak Hanyi puta satu satunya saat itu, sedangkan musim
paceklik masih melanda wilayahnya.
Karena belum ada tanda-tanda ditemukan putranya. Nyai Balau
meminta izin mencari putranya. Suaminya pun mengizinkan,
“Baiklah Dinda, kita sama-sama mencari putra kita. Kanda sambil
meninjau keadaan rakyat di sebelah selatan Tewah, Dinda silakan
mencari arah mana yang Dinda inginkan”.
Akhirnya, mereka pergi bersamaan dari rumah dan berpencar
di persimpangan batas kampung di Tewah. Udara kala itu sangat
panas, rasa dahaga mulai Nyai Balau rasakan. Nyai Balau dan dua
orang pengawalnya, berteduh di bawah pohon besar yang sudah
tidak begitu rindang. Ketika dua orang pengawalnya mencari,
mengambil air di sungai yang tidak begitu jauh dari mereka istirahat,
Nyai Balau masih duduk bersimpuh khusuk memohon pada sang
104 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah