Page 110 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 110
mengenai muka dan tubuh pengawal Antang, yang dirasakannya
sudah panas pedih dan sakit yang dengan spontan dia berteriak.
Niat buruk Antang gagal, karena dengan cepat Danum
menutup kembali pintu ruangan, sedangkan pengawalnya masih
memegang mukanya.
Nyai Balau bersyukur, ada lantunan karungut, yang membuat
pendengarnya terjaga. Terjaga karena diingatka untuk selalu dalam
kebajikan, terjaga dari keterlenaan. Secara tidak langung terhindar
dari perbuatan jahat. Seperti halnya, dirinya yang hampir menjadi
korban kejahatan Antang.
Selang dua bulan kemudian,
“Tok-tok, tok, tok”
“Tuan, tuan, ada beberapa penduduk seberang kampung sakit
bersamaan,” seorang pelayan tergopoh-gopoh menemui
tuannnya.
“Mereka takut terkena wabah”. Mendengar Tumenggung
Kenyapi sudah pulang dari berguru ramuan, obat-obatan
herbal. Mereka meminta kemurahan hati Tumenggung untuk
memberikan resep atau mengobatinya, di saat mereka
terjangkit penyakit.
“Betul Tuan, setelah mereka berkumpul dari acara adat,
pulangnya mereka pusing, mual, ada yang pingsan ada yang
muntah-muntah,” pelayan itu menjelaskan awal mula mereka
terjangkit penyakit.
“Baiklah, bawa ini, mudahan segera sembuh” kata Tumenggung
Kenyapi sambil memberikan bungkusan kecil. kepada orang
yang baru datang tersebut. Bungkusan itu adalah ramuan obat.
“Kanda izinkan dinda meracik ramuan atau mendatangi mereka
yang sakit jika Kanda sedang repot.” Pinta Nyai Balau.
“Baiklah istriku, dengan demikian ilmu kita akan berkembang.”
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 99