Page 127 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 127

Nole terdiam mendengar cerita penduduk sungai Seruyan, ada
               kebimbangan muncul dalam pikirannya. Maksud hatinya ingin pergi
               merantau  ke  laut.  Tapi  warga  memintanya  untuk  menerima
               sayembara tersebut.
                   “Mohon  izin  untuk  memikirkan  permintaan  kalian”  kata  Nole
                   kepada orang banyak.
                   “Silahkan  pikirkan  satu  malam  ini,  meninaplah  kamu  di  desa
                   kami,” kata Tetua kampung.

                   Malamnya  Nole  tidak  bisa  memejamkan  matanya,  perasaan
               bingung  muncul  dalam  hatinya,  “bagaimana  ini  sedangkan  awal

               mulanya aku merantau karena ingin pergi kelaut. Tapi orang-orang
               desa  meminta  untuk  membantu  menghalau  Datuh  Lauk  Kali  yang
               telah lama meneror penduduk kampung”.
                   Bukan karena sayembara itu jika ia ingin membantu, tapi rasa
               kemanusiaan sebagai sesama makhluk ciptaan Allah lah. Saat  itu ia
               masih  belum  mendapatkan  jawaban  atas  kebimbangan  dalam
               memilih  langkah  selanjutnya.  Karena  kelelahan  maka  Nole  pun
               tertidur.
                   Dalam tidur nyenyaknya ia bermimpi bertemu kembali dengan
               Ibunya yang sudah lama tiada. Dengan mengusap-usap kepala beliau
               berkata  “Nak  kamu  jangan  bimbang  lagi,  jika  ada  yang  meminta
               pertolongan  darimu  bantulah  sebisamu”.  Mendengar  suara  merdu
               ibunya  Nole  terbangun,  mecari-cari  suara  tadi.  Namun,  tidak
               menemukannya,”  mungkin  inilah  jawabannya  besok  harus
               membantu warga desa” ucapnya dengan lirih.
                   Pagi  itu  ia  turun  lagi  ke  sungai  duduk  kembali  di  atas  sebuah

               batu  besar  berada  tepat  di  tengah  sungai.  Baru  saja  ia  bersila
               mendadak terdengar suara gemuruh mengema seantero kampung,





               116 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132