Page 137 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 137
adalah jelmaan ajing tersebut yang begitu menampakan
kesedihannya pada tuannya itu.
Maka Keesokan harinya terlihatlah di atas kuburan si Anjing
Tuwen Bawin Bajang itu tersusunlah tulang belulang anjing itu
dengan rapi sudah di atas kuburanya dan kemudia ia simpan di
sebuah peti kecil, yang dibawanya ke mana saja ia pergi. Istrinya pun
ikut serta dan ajing Tuwen Bawin Bajang diberi nama lagi seperti
nama seorang perempuan yaitu di beri nama Purai.
Berangkatlah mereka Bersama berpindah pula ke daerah
Palangka Raya yakni desa Pahandut, Konon ceritanya hanya ada
empat buah rumah saja yang ada waktu itu pun rumahnya sangat
berjauhan yakni rumah Arjan Bajau, Ngabe sukah dan ada dua
rumah lainnya tiga bulan lamanya mereka menanguri lembah, sungai
dan akhirnya tiba di sungai Sabangau. Disitulah kemudian mereka
menetap dan membuat pondok tempat berteduh dan akhirnya
menjadi sebuat rumah.
Nah, disitulah Surung Mengeramatkan kuburan Sang Anjing
yang Bernama Tuwen Bawin Bajang dan ia sematkan nama Purai,
yang artinya terkumpulnya tulang belulang. Setelah ia membuat
tempat keramat tulang sang anjing itu, terjadi suatu keajaiban. Kepala
anjing itu menjadi kuning seperti emas dan tulang-belulangnya yang
sudah tersusun rapi itu sering di ziarahi orang-orang entah dari mana
datangnya sehingga terkenallah bahwa mereka yang datang itu
dengan berbagai tujuan doa dan keinginan mereka segera
terkabulkan, sehingga di pinggir rumah keramat anjng itu di beri
seperti karbel rumah itu putih penuh dengan uang perak dan di beri
setiap menziarah dengan berbagai tujuan, walaupun demikian sang
majikan si Surung tidak pernah meminta satu Sen pun kepada
peziarah. Mereka dengan keinginannya sendiri untuk memberikan
126 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah