Page 139 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 139

Setelah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun berlalu mereka
               belum kunjung juga memiliki anak. Di samping itu, sang isti sudah tua
               dan tidak mungkin lagi mampu melahirka anak, maka dengan berat
               hati  suaminya  menuruti  keinginan  istrinya  untuk  kawain  lagi  dan
               dicarikan  jodohnya  oleh  istrinya,  karena  Datu  Surung  itu  memang
               sudah  tua  kepalanya  pun  sudah  anguk-anguk  dan  jalannya  pun
               gemetaran.  Sangatlah  mustahil  ada  yang  mau  kawain  dengannya.
               Namun, istrinya tidak pernah menyerah, pergi berlayar menyelusuri
               sungai  Kahayan  bahkan  ke  mana  saja  hingga  bertemulah  seorang
               Datu yang mau menerimanya untuk melamar seorang Gadis yang
               cantik  dan  bersedia  menjadi  istrinya.  Ia  adalah  anak  Datu.  Setelah

               dikawinkan  oleh  sang  istri  dengan  adat  ketentuan  suku  Dayak.
               Setelah  beberapa  bulan  perkawinan  Surung  dan  Tupat,  maka
               hamillah istri ke duanya tadi dan melahirlah seorang anak yang diberi
               nama  Kudi.  Datu  Surung  pun  ikut  bersama  istrinya  membesarkan
               anaknya  bersama-sama.  Istri  pertamanya  sangat  menyanyangi
               madunya.
                   Selang  beberapa  tahun,  anaknya  mulai  remaja.  Istri  pertama
               Surung  pun  selalu  menjaga  dan  ikut  merawat  anak  mereka  dan
               menyanyangi madunya seperti adik nya sendiri, begitu juga dengan
               istrinya yang kedua. Mereka hidup bersama, selama berumah tangga
               tak pernah terdengar mereka bertengkar atau saling menyalahkan.
               Selalu  hidup  rukun  damai  saling  mengerti  satu  sama  lainnya.
               Walaupun  ia  sangat  muda  tetapi  ia  juga  sama  menyayangi  Datu
               surung  yang  layak menjadi  kakeknya,  tetapi  hal  itu tidak  pernah  ia
               gubris,  ia  menerima  apa  adanya,  karena  fisik  bukanlah  ukuran
               kebahagiaan  tetapi  baginya  perhatian  dan  kasih  sayangnya  serta

               bagaimana bijaknya beliau memperlakukan istri-istrinya luar biasa adil
               dan sangat menghormati mereka walaupun sebenarnya beliau sudah
               tua, tetapi tidak mengurangi keharmonisan mereka.



               128 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144