Page 147 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 147
Legenda Jalan Surung
Dibangunlah sebuah rumah yang berukuran enam meter kali
sembilan meter, yang terbuat dari teras kayu tai. Kayu ini dinamakan
tai karena kayu tersebut memiliki aroma yang berbau busuk tetapi
kayunya sangat kuat. Bangunan rumahnya juga disebut “Pangun
Gajah Manusu” artinya bangunannya itu seperti gajah yang
menyusui. Di rumah itulah ia hidup bersama dengan kedua istrinya
dengan rukun seperti budaya Huma Betang” hidup rukun bersama
dalam satu atap”.
Tinggal di rumah itu hingga Datu Surung menutup mata dan
menghembuskan napas terakhirnya. Jadi sepakat seluruh keluarga
dan masyarakat Kereng Bangkirai mengabdikan namanya yaitu Jalan
Surung. Usia Datu Surung itu mencapai 250 (dua ratus lima puluh)
tahun, usia yang sangat panjang, walau kedua istrinya itu hanya
seratusan tahun, bahkan istri keduanya kurang dari seratus tahun.
Untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada Datu Surung.
Maka dari keturunannya diabadikan lah menjadi nama sebuah jalan
untuk mengenang jasa beliau. Sebagai orang pertama yang tinggal di
Kereng Bangkirai dan Sang Mahesrto yang memberi nama Desa
Kereng Bangkirai dan kini menjadi kelurahan Kereng Bangikai.
Pemekaran wilayah kelurahan Kereng Bangkirai kini berubah
menjadi ikon Kalimantan Tengah sebagai desa wisata dan diberi
nama jalan Surung.
136 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah