Page 31 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 31

Hendun mencium tangan ibunya. Perlahan-lahan sang ayah dan
               Hendun meninggalkan sang ibu sendiri di rumah.
                   “Plak…Plak  suara  kaki  mereka  perlahan  menghilang,  sebagai
                   tanda mereka telah jauh dari rumahnya.”

                   Seperti  biasa  sang  ayah  mengajak  Hendun  berburu  di  hutan
               pematang kariau di sekitar bukit Bantilung. Hutan adat yang terkenal
               dengan binatang buruannya yang melimpah di sana. Pelanduk atau
               kancil,  rusa,  babi  hutan,  dan  beraneka  burung  ada  di  hutan
               pematang  kariau.  Sesampainya  di  hutan  sang  ayah  mengajaknya
               istirahat sejenak, dibukanya perbekalan yang disediakan sang ibu.

                   “Wah nikmat sekali” Hendun bahagia.
                   “Ayo  dimakan  Hendun,  biar  kamu  bertambah  kuat  saat
                   membawa binatang buruan nanti” ujar ayah.

                   Hendun tertawa renyah menimpali perkataan sang ayah.
                   Mereka  tampak  asyik  melahap  perbekalan,  sembari  bersenda
               gurau  antara  sang  anak  dan  sang  ayah.  Selesainya  menikmati
               perbekalan  tak  berapa  lama  Hendun  dan  sang  ayah  berjalan
               menyusuri rimba pematang kariau.
                   “seeeett” Hendun meminta sang ayah untuk berdiam di tempat
                   Hendun  melihat  kawanan  rusa  yang  sedang  melintas  di
               bantaran  Sungai  Kahayan.  Sang  ayah  mengacungkan  jempolnya
               seraya memberi isyarat kepada Hendun agar dapat melesatkan anak
               panahnya  ke  salah  satu  rusa  itu.  Namun,  sayang  anak  panahnya
               meleset dan tidak mengenai satupun kawanan rusa itu.
                   Hendun  dan  sang  ayah  pantang  menyerah,  dia  menyusuri

               hutan itu dengan gembira, kali ini ada seokor pelanduk (kancil) yang
               minum di kubangan. Hendun berdoa sejenak meminta kepada sang





               20 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36