Page 55 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 55
Dukuh Manggana menggunakan alat transportasi air dapat ditempuh
dalam waktu kurang lebih 90 Menit dari Kecamatan. Adapun jalur
darat hanya dapat dilalui jika sedang musim panas atau kering. Pada
saat musim penghujan, jalan darat tidak bisa dilalui karena becek
bahkan banjir.
Dikisahkan pada suatu hari warga desa seperti biasa melakukan
aktivitas pagi hari di sungai Seruyan. Ibu-ibu yang sedang mencuci
pakaian di jamban dikejutkan dengan munculnya seekor ikan
tampahas yang berukuran sangat besar. Sirip belakangnya berukuran
seperti telapak tangan dan kumisnya seperti rotan besar. Panjang
tubuhnya diperkirakan hampir 8 meter. Ibu-ibu yang menyaksikan
kemunculan ikan tersebut sangat terkejut. Mereka beberapa kali
mengusap matanya, takut jika penglihatannya yang salah. Namun,
setelah memastikan bahwa apa yang ia lihat nyata, segeralah ibu-ibu
meninggalkan jamban dan menceritakan hal tersebut kepada warga
dukuh.
Sebagian warga ada yang percaya ada pula yang meragukan
cerita tersebut. Dahulu kala, para tetua di Dukuh memang pernah
menceritakan bahwa Manggana itu sebenarnya berasal dari kata
“Gana”. Menurut kepercayaan masyarakat, Gana merupakan hewan
mistis penunggu aliran sungai di sekitaran kampung mereka. Gana
merupakan ikan tampahas yang kadang berubah bentuk menjadi
hewan berbadan ikan dan berkepala buaya. Konon, jika ada yang
melihat Gana dari kejauhan, tampak terlihat kecil. Akan tetapi,
semakin didekati, Gana terlihat semakin besar dan lebih besar lagi.
Begitulah asal mula Dukuh mereka di sebut dukuh Manggana.
Lambat laun kepercayaan masyarakat terhadap adanya Gana
hanya dianggap sebagai mitos belaka. Sampai kejadian adanya ikan
tampahas besar muncul dan menampakkan diri di hadapan warga.
Kemunculan ikan tampahas pun tidak hanya pada hari itu. Beberapa
44 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah