Page 78 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 78
Musim kemarau bagi penduduk adalah musim menangkap ikan.
Mereka harmpir setiap hari menangkap dan memasak ikan. Sebagian
ikan ada juga yang dijual ke pasar atau ke kampung lain. Banyak juga
penduduk yang mengawetkan ikan-ikan hasil tangkapan dengan cara
membersihkan dan mengeringkannya menjadi ikan kering sebelum
dijual atau dimakan sendiri bersama keluarga.
Menteng dan Agau pun tak ketinggalan. Mereka berdua juga
turut dalam kegembiraan. Ikut serta berama-ramai menangkap ikan
di sebuah anak sungai yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Memasak
ikan dengan cara memanggangnya adalah kegemaran mereka
berdua.
“Hemm, nikmat sekali gabus panggang ini. Kita bisa makan ikan
sepuasnnya pada musim kemarau ini,” kata Menteng sambal
menikmati seekor ikan gabus berukuran besar yang telah
dipanggang di atas tumpukan kayu bakar.
“Ya, Kak. Kita mesti bersyukur kepada Tuhan atas segala
karunia-Nya. Selain itu, kita juga harus berupaya menjaga alam
ini tetap lestari,” ujar Agau bijak.
“Benar, adikku. Salah satu cara menjaga agar ikan-ikan itu tidak
punah adalah dengan menangkap yang besar-besar saja. Ikan-
ikan yang masih kecil kita biarkam hidup bebas di sungai atau
rawa atau kita pelihara di kolam sekitar rumah.”
“Ya, Kak. Itu sudah kita lakukan. Kita selalu memelihara ikan di
kolam yang kita buat di pekarangan rumah kita. Lumayan, jika
sudah besar bisa ditangkap secukupnya untuk memenuhi
kebutuhan kita.”
“Ada satu hal yang mengganggu pikiranku tentang menangkap
ikan-ikan pada saat musim kemarau ini,” kata Menteng.
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 67