Page 86 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 86
“Ah, kalian berdua anak muda belum banyak pengalaman.
Jangan berlagak serba tahu!” kata seseorang dengan sedikit
keras.
“Hei, Anak muda! Tahukah kalian bahwa keadaan saat ini
seperti penjualan kayu-kayu hutan dan hasil tambang sangat
menjanjikan dan meningkatkan pendapatan penduduk di sini.
Apakah kalian berdua tidak suka melihat kehidupan kampung ini
menjadi makmur? Dasar anak muda tahu diri!” bentak yang lain.
Panas telinga Menteng dan Agau mendengar makian orang-
orang itu. Namun, dua bersaudara itu berusaha menahan diri.
“Untuk apa banyak penghasilan jika alam menjadi rusak apalagi
jika hanya akan mendatangkan musibah karena kita telah
berbuat sewenang-wenang merusak kelestarian lingkungan?”
tanya Menteng.
“Ya, kalau hutan kita dibabat dan terjadi penambangan liar
terus-menerus, kampung atau daerah kita akan terkena
dampaknya. Kekeringan pada musim kemarau dan kebanjiran
pada musim hujan akan terjadi. Kita semua akan rugi dan
menderita.” Agau turut mencoba meyakinkan orang-orang yang
menentang penjelasan kakaknya itu.
“Ah, kalian berdua rupanya mau menghalangi kemajuan di
kampung ini. Kalau tidak suka dengan perubahan yang terjadi,
pergi saja sejauh-jauhnya dan tinggallah di dalam hutan bersama
binatang liar!” teriak seseorang yang cukup berpengaruh di
Kampung Bukit Rawi.
“Bukan. Bukan kami tidak suka dengan perubahan. Perubahan
pasti akan berlangsung, tetapi alam dan hutan juga mesti dijaga
kelestariannya untuk ketenteraman kehidupan kita saat ini dan
generasi kita yang akan datang. Alam adalah anugerah Tuhan
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 75