Page 85 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 85
yang terjadi. Kampung Bukit Rawi pun terus berkembang bersama
perubahan sampai suatu ketika mulai muncullah kegiatan orang-
orang menggali pasir dan tanah. Konon tujuannya adalah untuk
menambang emas yang dianggap benda yang sangat berharga dan
bisa dijual dengan harga tinggi.
Kehidupan di kampung itu pun perlahan berubah. Kesibukan
penduduk mengolah hasil hutan, berladang, berkebun, berburu, dan
menangkap ikan memang masih ada. Namun, hal itu tampak mulai
berkurang. Sekarang ada kegiatan penambangan liar di kampung itu.
Tepian sungai, rawa, dan hutan mulai rusak karena kegiatan
penggalian untuk mencari emas. Kelestarian alam menjadi berkurang
keasrian dan keindahannya.
Menteng dan Agau sangat prihatin melihat keadaan itu. Kakak
beradik itu pun dengan kepedulian dan keberaniannya
mengungkapkan kekhawatirannya kepada Kepala Kampung dan
sesama penduduk yang hadir dalam suatu pertemuan.
“Kita tentu khawatir kalau penebangan hutan dan penambangan
emas terus berlangsung secara liar, suatu saat kampung kita
akan dilanda bencana. Kekeringan akan terjadi pada musim
kemarau dan kebanjiran akan berlangsung pada musim hujan,”
kata Menteng berapi-api.
“Benar kita harus menghentikan segala kegiatan yang merusak
lingkungan jika ingin kelestarian tetap terjaga sampai anak cucu
kita kelak,” tambah Agau menguatkan.
Sebagian penduduk tampak mengangguk-angguk membenar-
kan perkataan dua bersaudara itu. Sebagian lagi tampak tidak
terdiam seperti paham atau tidak memahami masalah yang
dikemukakan. Sebagian lagi menunjukkan tingkah polah tidak setuju,
baik dengan gelengan kepala maupun dengan celetukan penolakan.
74 | CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah