Page 90 - CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah
P. 90
selamat, dan yang kesembilan lahir secara prematur “Lehut Ira”.
Kedelapan orang anak itu diberi nama:
1. Inang Ine
2. Kah Rupiang Agung / Patis Gana Umu Langit
3. Gamiluk Langit / Raden Gamuruh Anrau
4. Dadar Hiang
5. Patis Enyet‟
6. Gumantar Wawei
7. Tamanang Jali
8. Nini Punyut / Etuh Bariungan
dan yang terakhir bernama Itak Arunawai.
Anak-anak mereka tumbuh besar “Hante Amau Ranrung
Janrah”. Suatu ketika terjadi perselisihan antara ibu dan ayah mereka,
“Ungkup Batu”, dengan ayahnya, “Sawalang Gantung”. Perselisihan
mereka dipicu adanya perbedaan makanan, sang ibu yang berasal
dari bawah tanah menyukai makanan mentah, sedangkan sang ayah
yang berasal dari langit menyukai makanan yang dimasak. Karena
perselisihan tersebut mereka bertekad untuk berpisah dan kembali
ke tempat asalnya masing-masing. Namun sebelum berpisah seluruh
anak-anaknya dikumpulkan dan disampaikanlah maksud perpisahan
orang tuanya. Satu persatu anaknya diberikan kesempatan
menentukan pilihannya mengikuti sang ibu atau sang ayah.
Sang ibu bertanya kepada Inang Ine sebagai anak yang pertama.
“Bagaimana pendapatmu Inang Ine?” ungkapkan keputusanmu. Lalu
Inang Ine berkata, “aku akan menggaibkan diriku pergi dan tinggal di
tane rapu putak timau, aku basamat jari hi itak hudi, itak hundrai, itak
uah, itak watek, itak hemuk, itak hang kangkar”. Ia mengatakan, “akan
mengabdikan dirinya untuk menjaga kesuburan tanah, ketika orang
berladang/bercocok tanam padi, ia akan memberikan kesuburan dan
CERITAKU; Cerita Rakyat Kalimantan Tengah | 79