Page 173 - Huma Betang Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kalimantan Tengah
P. 173
respon atas segala pemahaman yang sampai dari kedua
belah pihak. Masuknya nilai-nilai utama dalam falsafah huma
betang sebagai sebuah perspektif dan tatacara hidup luhur
nenek moyang bagi masyarakat Dayak setidaknya mengusik
psikologis dalam proses keberterimaan nilai-nilai luhur
tersebut. Munculnya kesadaran dan kondisi mahasiswa
kekinian membuat kegamangan dalam menerima nilai ini
secara utuh. Sebagian besar mahasiswa pada fase ini
mengalami fase kelabilan, yaitu menerima huma betang
sebagai sebuah pola nilai yang dapat diaplikasikan, sekaligus
keraguan untuk meninggalkan serbuan globalisasi yang
mendangkalkan kepribadian serta karakter mereka sebagai
generasi kekinian (milenial). Setidaknya fase kegamangan
ini menjadi penting terjadi sebagai sebuah perang batin
dalam upaya maksimal sebuah respon dari proses tawar
menawar nilai yang akan dijalani sebagai sebuah pola hidup.
Proses transaksi nilai huma betang yang terinternaliasi
pada diri mahasiswa tidak serta merta akan menemukan
jalannya yang mulus. Akan banyak penentangan dari para
penerima pesan nilai tersebut. Para penerima pesan nilai
(mahasiswa) akan mengalami semacam adaptasi psikologis
dari pola nilai modern yang sudah terlanjur menjadi pola
nilai pertama dengan falsafah betang sebagai pola nilai yang
menjadi warisan leluhur. Semangat kepribadian akan terus
dilakukan dan perlu mendapat dukungan dari modifikasi
lingkungan untuk transaksi nilai huma betang itu sendiri.
Selama 20 atau 25 tahun mereka menerima pola nilai
modern dengan berbagai macam bentuknya, akan bersusah
payah dalam melakukan seleksi nilai-nilai baru yang
ditawarkan walau itu sebuah warisan masa lalu.
Nilai huma betang, dalam fase apabila gagal
menemukan proses yang optimal dari para penerima pesan
dan dangkal pada pendadaran penghayatannya, maka akan
162 | Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Kalimantan Tengah