Page 90 - Bimbingan Spiritual Logoterapi Kearifan Lokal
P. 90
Bimbingan Spiritual: Logoterapi Kearifan Lokal
Karena sentralitas dan ”sifat serba menyeluruh”
(jam‘iyyah) situasi manusia, maka hanya manusia sajalah
yang bisa mengacaukan harmoni atau keselarasan
dan keseimbangan yang secara natural terjalin antara
Allah dan kosmos. Lagi pula, disebabkan oleh situasi
perantara yang mereka miliki, kenyataan bahwa mereka
adalah wakil-wakil Allah, maka hanya manusia sajalah
yang bisa menjalin harmoni dan keseimbangan yang
sempurna antara Allah dan ciptaan (makhluk).
Konsekuensi dari kesimpulan penalaran ini adalah
keharusan manusia untuk mempertahankan keselarasan
dalam hubungan-hubungan kosmologis, di mana ia
menjalankan peran sentralnya. Keselarasan yang pertama
kali harus diupayakan adalah keselarasan dalam diri manusia
sendiri, yang mencakup keselarasan dalam struktur ruhaninya
yang merupakan lokus dari segala upayanya. Keselarasan dan
juga keseimbangan ruhani diperlukan, sekurang-kurangnya
untuk mewujudkan superioritas jiwa atau ruhani manusia
atas badan, yang dengan sendirinya akan berarti kekuatan
jiwa akan dapat mengendalikan gerakan badan. Jika dikaitkan
dengan bentuk-bentuk hubungan analogis dalam kosmos, yang
berlaku baik dalam dunia fisik mapun dalam dunia ruhani,
berupa hubungan atas-bawah atau hubungan aktif-reseptif,
maka dalam diri manusia terdapat juga bentuk-bentuk
hubungan seperti itu. Hubungan seperti ini dapat, misalnya,
disimpulkan dari sebuah hadis Nabi yang menyebutkan adanya
segumpal daging yang disebut jantung yang keberadaannya
begitu berpengaruh kepada kualitas-kualitas fisik, yang jika ia
sehat akan sehatlah seluruh anggota badan, dan sebaliknya.
Dalam dunia ruhani atau dunia jiwa manusia, keadaan ini pun
terjadi, di mana hati dipandang sebagai pusat acuan aktivitas
ruhani, yang posisinya sama esensialnya dengan jantung bagi
tubuh.
Kembali kepada persoalan fakultas spiritual manusia.
Fakultas-fakultas spiritual mencakup ruh (ar-ruh}), akal
(al-‘aql), hati (al-qalb), jiwa (an-nafs), dan hawa nafsu (al-
83