Page 143 - Menelisik Pemikiran Islam
P. 143
Dalam bidang kenegaraan, Abduh mengemukakan ide
kepada umat Islam bahwa Islam mundur karena umatnya
statis. Mereka enggan menerima, bahkan menolak
pembaharuan. Abduh menyeru untuk kembali kepada
ajaran dasar Islam seperti yang dipraktekan pada zaman
klasik dan membuka lebar-lebar pintu ijtihad. Ide-ide
pembaharuan Abduh banyak mengilhami timbulnya
gerakan-gerakan pembaharuan di berbagai dunia Islam
pada abad ke-20, termasuk Indonesia.
Begitulah pandangan-pandangannya yang sangat tajam
dan selalu menjadi acuan para pembaharu yang lahir
setelahnya dan meneruskan gaung revival Islamnya.
Ketakjuban atas pandangan-pandangannya yang lurus
menjadikan dirinya tidak mati dalam setiap hati para
muridnya dan hati kalangan Muslim. Komitmennya pada
dunia yang ia geluti menambah harum namanya walaupun
kematian telah memisahkan dirinya dengan masyarakat
setelahnya. Hingga ketika ia meninggal dunia pada 1905
seluruh dunia ikut berkabung. Dunia seakan telah
kehilangan putra terbaiknya. Semua surat kabar di muka
bumi menyatakan kesedihannya, kesedihan dan kepedihan
karena kepergian seorang pembangun semangat baru
dalam menghadapi badai Barat yang semakin menggila.
Konon diceritakan belum pernah lonceng gereja dibunyikan
untuk menghormati kematian seorang ulama Islam, sebagai
mana yang telah terjadi pada dirinya.
Muhammad Rasyid Ridha salah seorang muridnya
mengatakan dalam kitabnya: “telah mati maha guru, Imam
Syekh Muhammad Abduh. Oh, ia tidak mati, ia tetap hidup
dengan jasadnya yang selalu memancarkan sinarnya.
Tubuhnya kasar lenyap, tetapi jasad kecerdasan otak dan
jiwanya masih tetap hidup. Dipetik buah tuturnya, dijadikan
136 | Asep Solikin