Page 138 - Menelisik Pemikiran Islam
P. 138
mengingatkan mereka bahwa bukan itulah yang
meyebabkan dunia Islam akan bangkit. Tetapi malah akan
membuat Islam hancur dan hilang hakikinya. Ia
menyerukan bahwa kebangkitan dunia Islam ada pada
pengembalian diri pada Al-Qur’an dan menjadikannnya
prinsip dasar perjuangan Islam. Sebab Al-Qur’an meliputi
segalanya dan berbicara pada manusia tentang segala hal.
Karena mendapat tekanan dari Mesir Jamalaudin dan
Abduh meninggalkan Paris. Keduanya lalu berpisah dan
Abduh kembali ke Bairut pada tahun 1885.
Selama di Beirut ia memusatkan perhatian dan
kegiatannya pada ilmu dan pendidikan. Ia mengajar tafsir di
mesjid yang terdapat dikota itu, dan di madrasah sultoniyah
ia mengajar logika, teologi, sejarah Islam, dan fiqih.
Dirumahnya ia mengadakan kegiatan diskusi secara rutin,
dan pesertanya bukan hanya orang Muslim saja tetapi juga
orang Nasrani.
Pada tahun 1888 Muhammad Abduh diijinkan kembali
ke Mesir. Ia kembali mengajar di al-Azhar. Tapi tidak
diijinkan mengajar di Daar Ulum. Harapannya masih tetap
akan meneruskan cita-citanya memperbarui masyarakat
Islam. Ia bekerja dalam lapangan pengadilan. Pemerintah
berusaha agar Abduh jauh dari masyarakat. Karena itu ia
diangkat menjadi hakim pengadilan negeri di Benha.
Namun posisi yang ia dapatkan justru bukan malah dijauhi
oleh masyarakat pada saat itu. Namanya semakin harum
dan ia sendiri merasa puas, karena dapat melaksanakan
syariat Islam dalam praktek kehidupan dan memberi
perubahan-perubahan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Karena prestasinya yang sangat luar biasa
maka pada akhirnya ia pun mendapatkan dukungan dari
Menelisik Pemikiran Islam | 131