Page 15 - Model Pembelajaran Kwu-Kop
P. 15
mengorganisasikan usahanya dalam mewujudkan cita-cita yang
diinginkan.
Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), harus mampu
melahirkan lulusan yang bermutu, memiliki pengetahuan,
menguasai teknologi, berketerampilan teknis dan memiliki
kecakapan hidup yang memadai. Karena tujuan pembelajaran
sering hanya menekankan pada aspek kognitif, sedangkan aspek
afektif dan psikomotor kurang memperoleh perhatian. SMK sebagai
pendidikan vokasional dituntut untuk menghasilkan tenaga-tenaga
profesional yang memiliki kemampuan kewirausahaan, yang
menjadi salah satu pilar utama aktivitas perekonomian nasional
(Renstra Depdiknas, 2010-2014: 60).
Sumber dari PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa (Alma, 2005:
4-5), menyatakan bahwa suatu bangsa atau negara akan mampu
membangun ekonomi apabila memiliki wirausahawan sebanyak 2%
dari jumlah penduduk. Di Indonesia jumlah wirausahawan sangat
sedikit, bahkan dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Malaysia dan Singapura. Menurut survey Bank Dunia tahun 2008,
wirausahawan Malaysia mencapai 4%, Thailand 4,1%, dan
Singapura 7,2%, di Indonesia hanya berjumlah 1,56% (Boediono,
2012).
Sekolah Menengah Kejuruan adalah sekolah yang
diharapkan dapat membentuk para usahawan baru di masa depan
sesuai dengan bidang keahlianya. Kegiatan Unit Produksi (UP)
merupakan suatu sarana pembelajaran berwirausaha bagi siswa
dan guru serta memberi dukungan operasional sekolah. Unit
produksi (UP), dapat menjadi wahana praktek langsung para siswa
dalam menerapkan keterampilan dan keahliannya. Oleh karena itu
SMK seharusnya mengembangkan unit produksi yang relevan
dengan program keahlian yang dikembangkan di sekolah secara
terprogram dan terstruktur.
Pengembangan kegiatan unit produksi selain bermaksud
untuk menambah penghasilan sekolah, juga sekaligus ikut
6