Page 143 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 143
Lebih khusus lagi makna sosial burung enggang dalam batik
Suku Dayak Kalimantan Tengah yang dihasilkan dari penelitian
sebagai berikut:
Makna sosial burung enggang dalam batik Suku Dayak
Kalimantan Tengah, menggunakan konsep pokok teori Blumer.
Seperti yang dijelaskan oleh Blumer bahwa interaksionisme
simbolik mengacu pada dasar tiga premis sederhana yaitu
tindakan individu, makna, dan pergeseran makna.
Premis pertama, menegaskan bahwa individu melakukan
tindakan terhadap sesuatu berdasarkan makna. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa masyarakat suku Dayak Kalimantan Tengah
yang menganut kepercayaan Kaharingan (Hindu Kaharingan)
merupakan agama leluhur suku dayak meyakini Burung Enggang
merupakan burung sakral sehingga tidak boleh dibunuh, artefak
yang digunakan masyarakat suku Dayak seperti topi dan kalung
bersal dari burung Enggang yang telah mati. Masyarakat yang
membunuh burung Enggang secara sengaja akan terkena tulah.
Burung Enggang merupakan simbol dari masyarakat suku Dayak,
karena pada bulu ekor Enggang sebagai simbol alam atas, alam
tengah dan alam bawah. Alam atas itu simbol daripada Dewa atau
Tuhan, kemudian alam tengah itu alam manusia, alam bawah itu
alam roh.
Premis kedua menegaskan bahwa makna yang terdapat pada
suatu hal hadir berdasarkan dari interaksi sosial yang dimiliki
individu dengan individu lainnya. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat suku Dayak percaya penggunaan ornamen
atau aksesoris yang berasal dari artefak burung Enggang tidak
sembarang digunakan oleh masyarakat biasa. Sehingga ketika
menggunakan batik burung Enggang Bakena yang terpancar
menjadi sikap menarik dan bijaksana. Inner beauty yaitu cantik
dan tampan yang berasal dari dalam diri individu. Perilaku adil,
dapat memberi perlindungan, memberikan rasa aman dan bentuk
|
130 Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman