Page 141 - Makna Sosial Burung Enggang
P. 141
tradisi turun temurun. Meski batik terus beradaptasi tapi batik
burung enggang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman
hingga saat ini. Keanekaragaman adat dan budaya di masyarakat
Indonesia, khususnya tradisi dan budaya batik bila dirunut dari
perkembangan sejarahnya, merupakan sumber yang tak ternilai
harganya, inspirasi karena mengandung filosofi yang tinggi nilai
dan mengandung pranata sosial.
Batik burung enggang sebagai fashion memiliki kehormatan
merupakan membawa persetujuan dari elite-elite yang dipercaya
bijaksana dalam bidang usaha tertentu. Fashin muncul sebagai
bentuk diferensiasi kelas dalam masyarakat kelas yang relatif
terbuka. Dalam masyarakat seperti itu, kelas elit berusaha
memisahkan diri dengan yang dapat diamati tanda atau lencana,
seperti bentuk pakaian yang khas. Namun, anggota kelas-kelas
di bawahnya segera mengadopsi lencana ini sebagai sarana
memuaskan usaha mereka untuk mengidentifikasi diri dengan
status superior. gilirannya, disalin oleh anggota kelas di bawahnya.
Dengan cara ini, lencana yang menonjol dari kelas elit menyaring
melalui piramida kelas. Namun, dalam proses ini, kelas elit
kehilangan tanda-tanda keterpisahan identitas. Oleh karena itu,
kelompok untuk merancang lencana pembeda baru yang sekali
lagi, disalin oleh kelas-kelas di bawah ini sehingga mengulangi
siklus tersebut (Blumer, 1969).
Menurut Simmel (Blumer, 1969) fashion dianggap muncul
dalam bentuk gaya yang memisahkan kelompok elit. Gaya ini
secara otomatis memperoleh prestise di mata masyarakat biasa
yang ingin meniru kelompok elit dan disalin oleh masyarakat
biasa, sehingga memaksa kelompok elit untuk merancang tanda
khas baru dari status superior mereka. fashion dengan demikian
terperangkap dalam proses inovasi dan persaingan yang gencar
dan berulang.
|
128 Aquarini, Ishomuddin, Vina Salviana DS., M. Fatchurrahman