Page 26 - Penanganan Pasca Panen
P. 26
19
3. Perontokan Biji
Perontokkan biji kedelai yang tidak tepat dapat menyebabkan kehilangan hasil
yang tinggi. Perontokan yang dilakukan pada tingkat kadar air masih tinggi
menyebabkan banyaknya biji yang rusak atau pecah. Sedangkan keterlambatan
perontokan dapat menyebabkan polong menjadi basah kembali sehingga
menyulitkan pembijian atau pengupasan. Perontokan biji kedelai dari polongnya
dapat dilakukan secara tradisional, dengan pedal theser, dan dengan mesin Power
Thresser.
a.Perontokan secara tradisional
Kadar air biji kedelai untuk dirontokkan secara tradisional adalah 12-13 %.
Perontokkan dengan cara tradisional dilakukan dengan cara memukul-mukul
tumpukan brangkasan, dengan menggunakan gebuk yang terbuat dari kayu atau
pelepah kelapa sampai batang kedelai dan kulit polong hancur (Gambar 12).
Selanjutnya batang dan kulit polong dipisahkan dari biji- biji dengan cara ditampi
menggunakan nyiru atau tampah. Biji yang busuk, cacat, kerikil dan tanah harus
dibuang. Kelemahan perontokan secara tradisional adalah, antara lain, kehilangan
hasil tinggi, mutu fisik biji menjadi rendah, banyak biji yang patah dan rusak,
tenaga kerja yang digunakan banyak, memerlukan waktu yang lama dan biaya
tinggi. Besarnya kehilangan hasil dengan cara perontokkan tradisional dapat
mencapai 8%. Tingkat produktivitas tenaga kerja sekitar 10 kg biji bersih per jam
per orang. Dengan demikian, pada tingkat hasil kedelai 1 ton per hektar
dibutuhkan tenaga kerja perontok sebanyak 20 orang. Dengan cara tradisional, biji
utuh yang diperoleh dari hasil perontokkan adalah 69,99%.
b. Perontokan dengan Pedal
Perontokan kedelai dengan pedal (Gambar 13) dapat dilakukan dengan pedal injak
atau dengan pedal kontinyu. Dengan pedal memberikan hasil lebih baik jika
dibandingkan secara tradisional, baik ditinjau dari kapasitas kerja maupun mutu
fisik biji. Kapasitas kerja perontok pedal injak adalah 11,6 kg per jam per orang
dan perontok pedal kontinyu adalah 11 kg per jam per orang. Dengan
menggunakan perontok pedal injak kehilangan hasil mencapai 16,32% dan biji
utuh 80,9%. Sedangkan menggunakan pedal kontinyu kehilangan hasil mencapai
17,14 % dan biji utuh 81,9%.