Page 75 - Penanganan Pasca Panen
P. 75
68
metode pengeringan dengan oven 29%, metode pengeringan kain hitam 33%
(Utomo et al., 2009) sedangkan pada penelitian Wahyuni et al. (2014),
pengeringan dengan menggunakan oven menghasilkan karakteristik mutu
simplisia yang lebih baik yaitu dengan nilai susut pengeringan 9,11%, kadar abu
total 9,33%, kadar abu tidak larut asam 0,77%, kadar sari larut air 19,32% dan
kadar sari larut etanol 17,51%. Pada kelopak bunga rosella, kandungan antosianin
dengan metode pengeringan yang berbeda-beda yaitu pengeringan dengan sinar
matahari langsung adalah 6,25 g antosianin, pengeringan dengan ditutup kain
hitam adalah 4,75 g antosianin, dan pengeringan dengan oven adalah 5,91 g
antosianin (Rahayu et al., 2009).
1. PASCA PANEN TANAMAN OBAT DARI DAUN
Tanaman obat yang berasal dari daun (Gambar 47) bisa digunakan langsung
dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan. Bila akan digunakan secara
segar, harus melalui proses pencucian terlebih dahulu baru diproses lebih lanjut
menjadi bentuk sediaan. Pemanenan daun dilakukan pada saat fotosintesis
berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga
atau buah mulai masak. Sebagai contoh daun sambiloto, pemanenan dilakukan
ketika tanaman sudah berbunga hampir 50 %. Daun yang dipanen muda biasanya
dikeringkan secara perlahan mengingat kandungan airnya cukup tinggi, sehingga
memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis masih dapat berlangsung dengan
cepat. Selain itu, jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak
sehingga daun sangat mudah hancur atau rusak. Sementara daun-daun yang
dipanen pada umur tua diberi perlakuan khusus berupa proses pelayuan yang
dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan agar diperoleh warna yang
menarik. Untuk proses pengeringan, dalam kapasitas besar, daun langsung
dikeringkan tanpa melalui proses pencucian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi
kualitas simplisia yang dihasilkan.