Page 111 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 111

Sifat intelektual yang dimaksudkannya adalah menerima semua
                 pengetahuan. Pengetahuan menjadi modal intelektual, karena inteletual
                 mirip benih yang tumbuh di tanah. Agar supaya benih itu dapat tumbuh
                 subur, maka benih tersebut perlu diairi dan dipenuhi segala kebutuhannya.
                 Begitu pula intelektual, yang tidak akan tumbuh  tanpa didukung oleh
                 ilmu pengetahuan. Menurut Dahlan, semua ini mutlak sesuai dengan
                 kehendak Tuhan.
                     Ajaran logika  dilakukan melalui pemahaman ilmu mantiq,
                 yaitu pengetahuan logika yang menunjukkan realita. Ilmu hanya
                 bisa diperoleh melalui proses belajar dan mengajar, karena manusia
                 tidak akan mengenal nama dan bahasa tanpa guru yang mendapatkan
                 pengetahuan dari guru mereka sebelumnya. Ketergantungan pada proses
                 belajar ini menunjukkan bahwa ummat manusia tidak memiliki kekuatan
                 untuk menjangkau sumber pengetahuan utama, kecuali mereka yang
                 mendapatkan bimbingan dari Tuhan.
                     Selanjutnya manusia yang memperoleh lebih banyak ilmu
                 pengetahuan prinsipnya bagaikan mirip orang yang mengambil perhiasan,
                 memasangnya, dan memakainya sebagai dekorasi busananya. Hal ini
                 berarti bahwa seorang yang mampu berbicara dengan jelas dan lurus
                 atas suatu permasalahan, ia benar-benar didukung oleh pengetahuan lain
                 yang dimilikinya.
                     Prestasi Ahmad Dahlan dalam pembentukan organisasi kaum muda
                 Islam adalah kemunculan Muhhamadiyah dan Sarekat Islam pada 1912.
                 Atas upaya Ahmad Dahlan di Yogyakarta, dengan dukungan para ulama
                 pedagang, para pemimpin Boedi Oetomo cabang Yogyakarta, serta para
                 siswa sekolah pendidikan guru bumi putera, Muhammadiyah muncul
                 sebagai organisasi yang berorientasi memperkuat kesatuan dan kekuatan
                 Islam dalam menghadapi kolonialisme dan aktivitas misionaris.  Dengan
                 menerima metode dan sarana belajar modern Muhammadiyah menjadi
                 lembaga pendidikan dengan gaya Barat  bagi komunitas mayoritas
                 Islam kaum bumi butera di wilayah koloni Hindia Belanda. Melalui



                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [109]
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116