Page 112 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 112
jaringan madrasah di sekitar Yogyakarta, yang melibatkan semua
komponen masyarakat akhirnya menyebar ke seluruh pelosok wilayah
koloni Hindia Belanda. Sektor pendidikan, termasuk penerbitan, panti
asuhan, klinik, rumah sakit, dan lembaga kemanusiaan lainnya menjadi
perhatian Muhammadiyah. Akhirnya pada sekitar 1915, sekolah-sekolah
Muhammadiyah memperoleh sunsidi dari pemerintah Hindia Belanda. 8
B.2 Ahmad Dahlan dan Organisasi Wanita Muslim
Ahmad Dahlan tinggal di salah satu lingkungan di kota Kesultanan
Yogyakarta, yaitu di kampung Kauman. Kompleks ini merupakan
kompleks tempat tinggal dengan jalan-jalan sempit dan tembok putih
tegak, sehingga sering sulit bagi orang asing untuk memasukinya.
Suasana hening dan khusuk mendominasi kehidupan pemukimnya
dan selalu tenang, sehingga orang menduga penduduknya menarik diri
dalam kehidupan batin di kamar-kamar yang setengah gelap. Di sini
di dekat masjid agung yang menjulang di balik rumah-rumah rendah,
tinggal jemaat yang patuh, ummat Islam yang tetap berpegang pada
keyakinannya dan khusuk dalam memenuhi kewajiban keagamaannya.
Kebanyakan mereka adalah orang Jawa yang pekerjaannya berdagang.
Mereka termasuk dalam kelompok kelas menengah, yang memiliki
mata pencaharian sebagai pedagang batik. Kegiatan perdagangan inilah
yang membawa masyarakat yang tinggal di daerah itu tidak mengalami
kekurangan. Di daerah ini banyak tinggal kaum ulama, imam, khatib,
modin dan para pegawai masjid lainnya. Berdasarkan hak istimewa lama
yang diperoleh dari Sultan, ummat Islam boleh tinggal di kampung ini,
yang menyisihkan orang Cina dan Kristen dari wilayah itu. Hiburan
duniawi seperti gamelan dan tari-tarian ledek dilarang masuk ke
kampung ini. Pada bulan Puasa, tidak seorangpun diizinkan makan,
minum atau merokok secara terbuka di tempat publik. Ketika seseorang
jelas dengan sengaja mengabaikan kewajiban agama Islam, kepadanya
8 Lihat Yudi Latif, 2008. Ibid, hlm. 110-111.
[110] K.H. Ahmad Dahlan