Page 113 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 113

dijelaskan bahwa sebaiknya pindah
                 ke tempat lain. Kampung itu kini
                 disebut sebagai kampung Kauman. 9

                     Jika menjelang petang orang
                 memasuki jalan-jalan di kampung
                 Kauman, dari setiap rumah akan
                 terdengar lantunan pembacaan  ayat
                 Qur’an dan melalui pintu yang
                 sedikit  terbuka,  yang  diterangi
                 lampu, orang bisa melihat anak-anak   Njai A. Dahlan, berpakaian adat Minangkabau
                 laki dan perempuan sibuk belajar  sewaktu menghadiri Mu’tamar Muhammadiyah
                                                   di Bukit tinggi (duduk paling depan) - Tahun 1930
                 membaca kitab  al Qur’an. Orang
                 melihat kaum pria dan wanita saling berhadapan, di jalan menuju masjid
                 untuk melaksanakan ibadahnya di kampung itu. Kaum wanita selalu
                 terlihat memakai rukuh putih di atas pundaknya. Namun, kehidupan ini,
                 yang tampaknya jauh dari kehidupan duniawi memiliki latar belakang
                 sejarahnya, karena di kampung Kauman di kota Yogyakarta organisasi
                 Muhammadiyah yang meskipun pada mulanya kecil,       sekarang
                 membentang dengan cabang-cabangnya di hampir semua pulau Hindia
                 Belanda dan menjadi organisasi keagamaan yang terkuat dan terluas di
                 Hindia Belanda.

                     Tempat paling menarik di Kauman adalah di mana di sebuah tempat
                 sempit di belakang pagar besi tinggi, terdapat sebuah bangunan baru
                 berwarna putih dan kecil. Ini adalah masjid perempuan, sebuah rumah
                 ibadah yang hanya diperuntukkan bagi kaum wanita. Bangunan dalamnya
                 mirip dengan masjid biasa. Melalui pintu yang agak terbuka orang bisa
                 melihat ruang dalamnya yang seluruhnya kosong dan hanya digunakan
                 untuk sholat. Lantai marmer sebagian tertutup dengan tikar. Di tembok
                 belakang berwarna putih, dibangun sebuah migrab. Mengingat masjid ini


              9    Lihat G.F. Pijper, Fragmenta Islamica: studien over het Islamisme in Nederlandsch Indie,
                 hlm.1-3. Koleksi Museum Sono Budoyo,  Yogyakarta.


                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [111]
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118