Page 117 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 117

dan Jawa Tengah. Tercatat sebanyak 32 sekolah yang mempekerjakan
                 75 orang guru. Jumlah siswanya mencapai 5.000 orang  wanita. Dari
                 jumlah tersebut sebanyak 137 cabang Aisiyah mengirimkan wakilnya
                 dalam Kongres yang diselenggarakan pada 1930.  Aisiyah tumbuh
                 bagaikan organisasi sekuler yang mulai memodernkan kaum elite di
                 antara penduduk desa, yang akhirnya menjadi basis aktivitas mereka.
                 Dalam perjalanan kegiatan organisasinya, Aisiyah bergabung dengan
                 organisasi wanita lain dalam serangkaian kongres wanita, khususnya
                 dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita dalam bidang pendidikan.

                     Aktivitas Aisiyah membawa kaum wanita Islam yang tinggal di
                 Kauman (Pemukiman Islam yang berada di sebelah barat Masjid Agung
                 Yogyakarta)  keluar dari tempat tinggal mereka. Lebih radikal lagi,
                 pendidikan Islam memberikan  dasar bagi kaum wanita untuk menjadi
                 mubaligh dan imam bagi kaum wanita lainnya. Muhammadiyah juga
                 memperkenalkan wanita memakai kerudung dan jilbab atau sejenis
                 cadar yang menutup kepala dan leher, dan memisahkan wanita dari pria
                 di ruang publik termasuk di masjid.  12
                     Selain hal di atas, ideologi yang diterapkan oleh orgnisasi wanita
                 Muhammadiyah Aisiyah menekankan pada kepatuhan wanita kepada
                 suami mereka.  Kaum wanita yang tergabung dalam Aisiyah  menekankan
                 bahwa kewajiban wanita yang paling utama adalah di dalam rumah.
                 Setelah mengurus keluarganya, mereka diizinkan mengikuti kegiatan
                 bersama dengan wanita lain di dalam masyarakat, dan yang paling cocok
                 untuk itu adalah melalui organisasi Aisiyah. Begitu propaganda yang
                 selalu dikumandangkan dalam propaganda baik di  Muhammadiyah
                 maupun di organisasi Aisiyah sendiri.

              12   Soekarno  dan isterinya dilaporkan pernah meninggalkan rapat Muhammadiyah  karena
                 sebuah tirai dipasang untuk memisahkan antara pria dan wanita  yang kemudian ditegaskan
                 oleh Soekarno sebagai simbol perbudakan.  Menurut Vreede de Stuers, Aisiyah merekrut
                 keanggotaannya dari kelas menengah, berlawanan denan dasar keanggotaan organisasi
                 wanita lainnya.  Strategi ini digunakan utnuk meningkatkan keercayaan dan jangkauan
                 yang lebih jauh dalam memasuki kehidupan public, yang hingga saat ini masih digunakan
                 oleh organisasi wanita pada dekade ini. Lihat Ibid,  2009, hlm. 42-43.


                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [115]
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122