Page 118 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 118

B.3 Diskusi tentang Islam dan Kristen
                       Muhammadiyah pada awal-kegiatannya juga bergabung dengan
                       organisasi lain yang muncul di wilayah koloni. Pada saat anggota-anggota
                       yang tergabung dalam Sarekat Islam mengadakan rapat  di Yogyakarta,
                       Ahmad Dahlan ikut serta di dalamnya. Pada mulanya rapat direncanakan
                       diselenggarakan di gedung sekolah Muhammadiyah di Kauman, namun,
                       sekolah itu dianggap terlalu kecil. Kemudian Panitia berusaha untuk
                       mencari tempat lainnya yang lebih besar di kota Yogyakarta. Pengurus
                       Sarekat Islam  menghubungi seorang bangsawan di Yogyakarta yang
                       tinggal di belakang istana Pakualaman. Bangsawan itu bernama R.M.P.
                       Gondoatmodjo. Ia adalah seorang bangsawan Dari Pakualaman yang
                       memiliki pemikiran Modern yang bersedia menyediakan pendoponya
                       untuk dapat digunakan sebagai tempat rapat, meskipan ia secara formal
                                                         13
                       bukan anggota organisasi Sarekat Islam.
                          Dalam rapat itu hadir banyak haji, ulama yang berpakaian dengan
                       memakai jubah panjang dan ikat kepala besar. Juga hadir  para pemuda
                       dengan rambut  pendek tanpa ikat kepala yang berpakaian jas Eropa.
                       Di sudut lainnya tampak yang hadir dengan ikat kepala, baju putih
                       dan sarung. Haji Tjokroaminoto terlihat duduk dengan memakai ikat
                       kepala, sedang menikmati sebatang rokok. Rapat ini akan membentuk
                       kepengurusan baru organisasi Sarekat Islam. Di sampung tamu-tamu yang
                       sudah disebutkan,  tampak pula Haji Samanhudi dari Solo yang disambut
                       dengan penuh hormat. Sementara itu, tampak pula Ahmad Dahlan dari
                       Yogyakarta, yang  memiliki kesempatan untuk tetap menjabat sebagai
                       penasehat urusan keagamaan, karena ia hingga saat itu masih menjabat
                       sebagai penghulu di Yogyakarta.
                                                  14
                          Haji Ahmad Dahlan sebagai pemimpin Muhammadiyah juga sering
                       kali tampil dengan memberikan ceramah-ceramah yang berkaitan dengan

                   13   Lihat Bataviaasche Nieuwsblad,  24 April 1914, lembar ke-2 yang berjudul “De Centrale
                       Sarekat Islam”.
                   14   Ibid,  1914.


               [116]    K.H. Ahmad Dahlan
   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123