Page 133 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 133
ajarannya dalam Al Qur’an. Selain itu berkat analisisnya yang mendalam, di
lingkungan penganut theosofi, jejak Ahmad Dahlan juga sangat dikenal oleh
pengikut yang lain.
C.1 Perkembangan Muhammadiyah setelah Meninggalnya Ahmad
Dahlan
Muhammadiyah terdiri atas organisasi pusat di Yogyakarta yang
terbagi dalam urusan agama, urusan pendidikan, urusan kepanduan,
urusan perpustakaan dan urusan fakir miskin. Muhammadiyah
tumbuh dan berkembang dengan cepat tanpa banyak gembar-gembor
propaganda. Beberapa sekolah agama sebelumnya telah ada. Dengan
menyelenggarakan sekolah agama yang setara dengan sekolah agama
sebelumnya memunculkan reaksi bagi para calon guru agama. Pada
mulanya sekolah guru agama ini dikelola secara primitif. Namun para
pengelolanya sibuk mengumpulkan dana yang diperlukan dengan tujuan
menjadikan sekolah ini sebagai lembaga klas menengah, atau bahkan
lebih tinggi. Dana sudah terkumpul, tetapi masih diperlukan lagi banyak
biaya untuk membayar bunga atas biaya yang telah dikeluarkan.
Dari berita-berita dalam pers bumi putera yang datang dari segala
penjuru Hindia Belanda terbukti bahwa usaha organisasi Muhammadiyah
sangat dihargai. Cabang kepanduan menunjukkan bahwa orang
mengharapkan dari banyak organisasi kepemudaan ini, yang seakan tidak
berhubungan dengan organisasi keagamaan. Oleh karena itu banyak
pemuda yang berasal dari keturunan komunis hadir dalam rapat rakyat.
Organisasi Muhammadiyah pada mulanya berjuang di Vorstenlanden.
Akan tetapi setelah setahun, di daerah lain didirikan cabang-cabang yang
bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Ikatan cabang-cabang ini dengan
pengurus pusat dan organisasi induk di Yogyakarta tidak selalu kuat,
sehingga sebuah cabang bisa menunjukkan sifat lain dibandingkan
cabang lainnya. Belakangan ini di sejumlah cabang dan terutama
cabang Pekalongan ditemukan suatu kecenderungan khusus, sementara
K.H. Ahmad Dahlan [131]