Page 134 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 134
suatu organisasi di Jawa Tengah bagian timur bahkan diserang dengan
dalih bahwa organisasi ini adalah bukan berinduk pada organisasi
keagamaan. Namun musuh Muhammadiyah yang pertama dan paling
keras menyerang organisasi ini justru berasal dari kalangan agama Islam
itu sendiri. Dalam konteks ini ditemukan dalam tulisan yang dimuat
dalam Islam Bergerak, suatu harian yang telah lama terbit sejak dahulu
menjadi surat kabar agama yang keras. Akan tetapi sejak beberapa tahun
belakangan ini, terutama di bidang duniawi, menjadi sangat ekstrim
bahkan menunjukkan simpatinya kepada komunis.
Saat itu Muhammadiyah oleh para pemimpinnya tetap diminta
waspada untuk berada di luar koridor politik dan sikap toleran terhadap
ummat Kristen dan Budha. Inilah yang menjadi cirikhas Ahmad Dahlan.
Prinsip ini berbeda sama sekali dengan prinsip para tokoh yang tinggal di
Semarang. Mereka tidak menginginkan Muhammadiyah meningkatkan
pengaruhnya di kalangan ummat Islam bersama dengan Sarekat Islam.
Mereka lebih suka mengikuti aliran komunis. 23
Ketika serangan gencar mulai dilakukan terhadap Muhammadiyah,
para pemimpin Islam Bergerak dan Sinar Hindia ikut terlibat.
Muhammadiyah dituduh dan ditekan bahwa diduga organisasi ini
mempunyai hubungan dengan PEB (Partij Economische Bond) yang
belakangan ini memasukkan para tokoh pergerakan rakyat di bidang
keagamaan. Haji Fachrodin yang selalu termasuk anggota radikal
dari Sarekat Islam yang non-komunis menjadi anggota redaksi Islam
Bergerak. Ia juga menjadi komisaris Muhammadiyah dan menjadi orang
pertama yang terpengaruh oleh situasi ini. Ketika itu para redaktur harian
ini mulai diadili karena dituduh bersikap radikal. Semua ini ditulis dalam
pers Persatuan Indonesia (Indische Vereenigde) yang berorientasi pada
komunisme di Vorstenlanden.
Hal positif lainnya yang diketahui banyak orang, khususnya yang
dibicarakan dalam rapat setelah wafatnya Ahmad Dahlan adalah
23 Ibid, 1923.
[132] K.H. Ahmad Dahlan