Page 139 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 139

daripada pertanyaan pertama. Pendirinya adalah seorang ulama Jawa
                 dari kampung Kauman di Yogyakarta, Kyai haji Ahmad Dahlan (1868-
                 1923). Sejak beberapa tahun ini ada biografi tentang dirinya yang ditulis
                 oleh Solichin Salam. Dari situ tulisan Salam itu diketahui bahwa  Kyai
                 Haji Ahmad Dahlan adalah putra dari khatib masjid agung Kesultanan
                 Yogyakarta, yang bernama Kyai Haji Abubakar bin Suleiman. Ibunya
                 Nyai Abubakar, adalah putri dari ulama Kesultanan Yogyakarta. Pada
                 mulanya pembaharu Islam Indonesia ini bernama Muhamad Darwis.
                 Dia dididik oleh orangtuanya dan menerima pelajaran agama tradisional.
                 Ketika tumbuh dewasa, ayahnya menyuruhnya untuk naik haji ke
                 Mekkah dan dengan bantuan saudarinya yang kaya ia bisa tinggal di
                 sana selama beberapa tahun, untuk memperdalam pengetahuan Islam
                 sepe  se  melantunka  Qur’a  tafs  Qur’a  dogmatis  fi  mis
                 dan ilmu falak. Ketika kembali ke tanah kelahirannya, Muhamad Darwis
                 mengubah namanya menjadi Haji Ahmad Dahlan (diduga nama ini
                 berasa  da  M  Syafi  ya  terkena    Mekka  ya  Ahma
                             28
                 Zaini Dahlan).  Beberapa tahun kemudian dia memperoleh kesempatan
                 untuk kembali melaksanakan rukun Islam kelima sementara dia juga
                 memperdalam pengetahuannya.

                     Salah satu rekan sezamannya adalah Ahmad Ibnu Muhamad Surkati
                 al Ansari yang berasal dari Sudan di Afrika, pendiri gerakan al Irshad di
                 Indonesia. Tokoh ini  telah mengenal Ahmad Dahlan sebelum pendirian
                 Muhammadiyah. Berdasarkan pengakuannya dialah yang memberitahu
                 Ahmad Dahlan sebelum pendirian Muhammadiyah. Sarekat Islam
                 dan Muhammadiyah didirikan beberapa bulan setelah kedatangan
                 Muhamad Surkati di Indonesia, dan dari situ beberapa orang tertarik
                 untuk bergabung. Segera setelah Muhamad Surkati al-Ansari tiba di
                 Jawa, suatu gerakan rakyat muncul. Menurut pengakuannya, tidaklah
                 benar pendapat yang mengatakan bahwa   Muhammadiyah muncul
                 sebagai reaksi terhadap kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang
                 melakukan  Kristenisasi. Terhadap sosok Kyai Haji Ahmad Dahlan, dia
              28   Ibid,  t.t. hlm 105-106.


                                                                   K.H. Ahmad Dahlan    [137]
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144