Page 140 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 140

berkata: “Tidak ada ketakaburan dan kefanatikan   pada dirinya, dia
                       adalah seseorang yang murni menghormati agama Allah. Dia berunding
                       dengan saya mengenai pendirian Muhammadiyah; dia telah membaca
                       tulisan-tulisan dari para ilmuwan sebelumnya”. 29  Banyak buku yang
                       telah dibacanya seperti tulisan Ibn Taimiyah (1263-1328), Ibn Qayyim
                       al-Djawziyyah (1292-1350) dan dari Muhamad Abduh (1849-1905)
                       serta tulisan lain yang sejenis.
                          Haji Agus Salim memastikan kepada Muhamad Surkati bahwa Haji
                       Ahmad Dahlan telah mengenal tokoh reformis Mesir itu. Namun, para
                       pemimpin Muhammadiyah berikutnya tidak pernah memanfaatkan
                       hubungan itu. Muhammadiyah muncul sebagai pukulan terhadap aksi
                       zending Protestan dan missi Katolik; baru kemudian mereka menyebut
                       dirinya sebagai gerakan pembaharu. Setelah Kyai Haji Ahmad Dahlan,
                       karakter Muhammadiyah perlahan-lahan berubah.
                          Terdapat dua tulisan tentang pembicaraan lisan mengenai Kyai
                       Haji Ahmad Dahlan yang juga memuat penjelasan tentang kemunculan
                       Muhammadiyah. Dua berita tertulis menyebutkan tentang pribadinya.
                       Salah satunya berasal dari lingkungan zending Protestan dan kutipan
                       sikap yang dia tujukan kepada agama lain, misalnya Ahmad Dahlan
                       setiap bulan sering berdiskusi dengan para tokoh zending Protestan.
                       Berita lain terdapat dalam tulisan A. Gaffar Ismail, yang mengisahkan
                       bahwa Kyai Haji Ahmad Dahlan telah meninggalkan surat wasiat agar
                       di makamnya tidak dipahatkan sebuah batu nisan bertulis. Cukup dengan
                       sebuah tanah yang ditinggikan dan sebuah tanda sebagai pengenalnya.
                       Wasiat ini  dijalankan dan dipatuhi oleh anggota keluarganya, para
                       pengikutnya dan murid-muridnya.
                          Apabila diamati lebih lanjut  karya Muhammadiyah selama bertahun-
                       tahun, sungguh sangat mengejutkan bahwa yayasan ini berjuang
                       sepanjang sejarahnya praktis menjalankan semboyan dan cita-citanya,
                       yakni :”Sedikit bicara banyak bekerja”. Semboyan ini  sering dikutip

                   29   Ibid, t.t. hlm. 107-108.


               [138]    K.H. Ahmad Dahlan
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145