Page 144 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 144
bahwa tidak ada kemajuan yang terjadi bagi ummat Islam. Sebaliknya
banyak rintangan dan hambatan yang muncul. Pada mulanya ia
menyebutkan kematian muktamar, al Islam Kongres di Mekkah, yang
disebabkan oleh perlawanan ummat Islam India. Ia membenarkan
kemajuan ummat di Turki. Perubahan busana yang berlaku umum di
sana, tidak disinggungnya sama sekali. Tidak ada ayat dalam Qur’an
yang menentangnya. Akan tetapi seluruh hukum Islam diganti dengan
hukum Eropa, yang menurutnya tidak mungkin terwujud. Qur’an telah
mengatur semuanya, baik hubungan manusia dengan Allah maupun
manusia dengan sesamanya.
Dari PSII tidak banyak yang terdengar. Muhammadiyah tetap
menunjukkan kedisiplinan (yang dimaksudkan kedisiplinan adalah
tidak ada anggota PSI yang menjadi anggota Muhammadiyah).
Tentang Nadhatul Ulama Joenoes Anies berharap agar mereka tidak
lagi melontarkan kritik tajam terhadap Muhammadiyah. Untunglah
bahwa semakin banyak anggota organisasi ini yang mulai memahami
dan menghargai organisasi Muhammadiyah. Dilaporkan juga
bahwa organisasi Nurul Haq di Kuala Kapuas telah menghubungi
Muhammadiyah. Saat itu mereka telah membentuk sebuah cabang. Juga
di Menado sebuah organisasi Islam juga menjadi cabang Muhammadiyah.
Ketoprak yang belakangan ini terkenal, sejenis wayang wong modern
yang menarik perhatian banyak pemuda dan telah mengikuti kursus
yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Di Kulon Progo seluruhnya
terdapat 14 grup ketoprak bubar dan anggotanya masuk Islam.
Riba (bunga uang) sangat dicela oleh Muhammadiyah. Oleh karena
itu mereka mendukung munculnya organisasi antiriba di berbagai tempat
di Jawa. Terjemahan Qur’an dari Hadji Tjokroaminoto tidak disetujui
oleh Muhammadiyah, karena ungkapan tafsirnya didasarkan pada unsur
“Kebatinan” dan tidak menggunakan pandangan Nabi. Oleh Abdul Alim
Siddiki al Qadiri (intelektual India yang belum lama ini mengunjungi
Jawa), gerakan Ahmadiyah diserang. Muhammadiyah tetap berpegang
pada Haditz lama.
[142] K.H. Ahmad Dahlan