Page 21 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 21
karena mereka hidup dari jasa Belanda. Hal ini mengakibatkan rasa iri
bahkan sentimen dan kebencian dari kelompok masyarakat jelata. Mereka
menyebut para aristokrat itu sebagai antek Belanda. Situasi semacam
inilah yang kemudian menyebabkan masyarakat mudah diadu domba.
Inilah situasi yang diharapkan Belanda yang kemudian dimanfaatkan
secara tepat dengan strategi politik belah bambu (devide impera).
B2. Pendidikan Pesantren
Pendidikan Islam yang paling menonjol kala itu adalah pendidikan yang
dilaksanakan di pesantren-pesantren. Namun di luar itu sebenarnya
pengajaran Islam juga banyak dilakukan di surau/langgar. Proses
pendidikan di surau ini sifatnya tidak formal. Materi yang diajarkan
adalah pengetahuan agama. Namun sebenarnya yang terjadi di sana bukan
sekedar belajar dalam arti mempelajari rumpun ilmu secara kognitif.
Di sana juga terjadi pembudayaan nilai. Jadi surau adalah representasi
pembudayaan nilai-nilai kultural (learning society). (Ramayulis, 2001:
253-256).
K.H. Ahmad Dahlan [19]