Page 26 - K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923)
P. 26
pengajian dan menjalankan kepentingan Islam. Berbagai perkumpulan dan
jama’ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, diantaranya ialah
Ikhwanul-Muslimin, Taqwimuddin, Cahaya Muda, Hambudi-Suci, Khayatul
Qulub, Priya Utama, Dewan Islam, Thaharatul Qulub, Thaharatul-Aba,
Ta’awanu alal birri, Ta’ruf bima kanu wal- Fajri, Wal-Ashri, Jamiyatul
Muslimin, Syahratul Mubtadi. (Kutojo, 1991: 33).
Perjuangan yang dilakukan Ahmad Dahlan tergolong tidak mudah. Ia
mendapat tantangan tidak hanya dari pemerintah Belanda, akan tetapi juga
dari penduduk bumi putera, bahkan dari kalangan umat Islam sendiri. Ide-ide
Pembaharuan Ahmad Dahlan dianggap aneh dan menyeleweng dari ajaran
Islam sehingga membuatnya dituduh sebagai kiai kafir. Namun ia tetap
bertahan dan terus berjuang dengan sekuat tenaga hingga Muhammadiyah
tetap bertahan hingga hari ini di usianya yang telah melewati satu abad. Ini
semua menunjukkan bukan hanya kekuatan ideologi dan spirit yang dibangun
Ahmad Dahlan, tapi juga menunjukkan kekuatan sistem organisasi yang ia
dirikan.
KH. Ahmad Dahlan berpulang ke rahmatullah pada tanggal 23 Februari
1923 dalam usia 55 tahun. Hari ini kita masih menyaksikan karya besar anak
bumi putera ini. Pesan beliau selalu terngiang bagi para generasi penerusnya:
“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan cari hidup di Muhammadiyah”.
Pesan mora sarat makna yang membuat Muhammadiyah tetap kokoh dan
menjulang di panggung peradaban.
D. Ahmad Dahlan dan Pembaharuan Pendidikan
Sebagaimana telah disinggung di atas, Ahmad Dahlan mempunyai perhatian
serius pada masalah pendidikan. Pendidikan adalah faktor utama yang
menyebabkan bangsa Indonesia terpuruk dan sekian lama berada dalam
penguasaan Belanda. Persoalan ini harus segera diatasi, dan penjajah
harus dilawan. Namun demikian kelihatannya Ahmad Dahlan sangat jeli
dalam melihat situasi politik. Melawan Belanda secara konfrontatif dengan
[24] K.H. Ahmad Dahlan